Pages

Wednesday, April 9, 2014

Hukum Qadla(Membayar/Mengganti)Waktu Shalat

Oleh: Penulis,

Keberadaan wajibnya hukum qadla shalat terdapat perbedaan pendapat. Pandangan yang mengatakan tidak wajib adalah pendapat Imam Ibn Taimiyah dan Ibnu Hazmin--biasanya kelompok yang suka menyebut "kembali ke Al-Qur'an dan As-Sunnah"--(pengikut kaum Wahhabi-Salafi atau Islam Fundamentalis). Mereka berhujjah/berpendapat bahwa Islam telah mewaibkan shalat dan tidak boleh menangguhkannya walaupun sakit, musafir, atau dalam peperangan; ditegaskan oleh Ibnu Taimiyah tidak boleh mengqadha sholat yang tertinggal, cukup dengan taubat dan shalat sunah yang banyak untuk menggantikannya.

Sedangkan semua Imam Mazhab--kelompok Ahlu Sunnah wal Jama'ah--(atau ASWAJA yang terdiri Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i dan Imam Hanbali yang menjadi Muslim Mayoritas di dunia atau juga disebut Sunni) memasukkan hal ini sebagai perkara wajib. Mereka berhujjah atau berpendapat bahwa jika qadla ini diwajibkan atas orang yang lupa dan tertidur, yang keduanya dimaafkan, maka kewajibannya atas orang yang tidak dimaafkan dan orang yang durhaka jauh lebih layak.

MENYIKAPI PERBEDAAN
 
Perlu diperhatikan, bahwa tulisan ini bukan untuk menghakimi perbedaan kedua pendapat tersebut. Penulis menganjutkan kepada mereka yang mampu untuk tidak pernah meninggalkan shalat wajib, sehingga tidak akan pernah muncul perkara qadla shalat. Hukum qadla shalat dimunculkan oleh para Imam Mujtahid diperuntukkan bagi mereka yang pernah meninggalkan shalat wajib dan mau berhukum kepada fiqih Imam Mazhab tersebut.

Yang dimaksud dengan shalat qadla adalah melakukan shalat di luar waktu yang telah ditentukan, untuk menggantikan shalat wajib harian yang tertinggal. Sedangkan shalatwajib adalah shalat yang hukumnya wajib serta harian tepat menurut waktu yang ditentukan. Pengertian qadla hanya berlaku bagi shalat harian (5 waktu).

Sedangkan untuk shalat wajib lainnya seperti shalat Jum'at, Ied dan sebagainya, tidak ada kewajiiban untuk mengqadlanya saat tertinggal, kecuali untukshalat gerhana mataharidan gerhana bulan total yang diharuskan untuk melakukannya di luar waktu(qadla gerhana total). Saat melakukannya tidak diharuskan dengan niat qadla, cukup dengan niat melakukan shalat.

HUKUM BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN SHALAT

Bagi Imam Mazhab, pentingnya membayar/mengganti/mengqadla waktu shalat, disebabkan oleh dasar-dasar berikut;

Allah SWT berfirman: "Maka akan datang generasi sesudah mereka yang melalaikan shalan dan mengikuti hawa nafsu maka mereka itu akan bertemu dengan kesesatan" (QS. Maryam: 59)

Al-Qur'an menggambarkan dialog antara orang-orang penghuni surga dengan penghuni neraka Saqar:
"Apakah yang menyebabkan kalian masuk ke dalam neraka Saqar?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi orang makan miskin dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya dan adalah kami mendustakan hari pembalasan" (QS. al Muddatstsir: 42-46)

Rasulullah SAW bersabda, riwayat dari Muaz bin Jabal: "Janganlah engkau tinggalkan shalat dengan sengaja, karena orang yang meninggalkannya dengan sengaja akan terlepas dari lindungan Allah SWT"(HR.Thabrani)

Ibnu Abbas berkata: "Siapa-siapa yang meninggalkan shalat sesungguhnya ia telah kafir"

Hadis riwayat dari Abi Qatadah dia berkata, dilaporkan kepada Rasulullah SAW orang yang tertidur sehingga terlewat waktu shalat, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya tidur tidak termasuk mengabaikan shalat, hanya saja lalai ketika sadar. Bila salah seorang dari kamu lupa shalat, atau tertidur maka shalatlah apabila dia ingat" (HR.Tirmidzi)

Dalam sebuah riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan, "Bila seseorang diantaramu tertidur hingga meninggalkan shalat atau lupa mengerjakannya, hendaknya ia mengerjakannya jika telah ingat. Karena Allah berfirman: dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku" (Thaha: 14)

Nah, supaya tidak menjadikan diri itu kafir, maka lakukanlah shalat. Dan masih banyak riwayatnya yang tidak perlu saya bahas secara panjang disini.

Bagi mereka yang shalatnya tertinggal karena lupa atau tertidur, tidak dianggap berdosa setelah mereka mengqadla' kewajiban-kewajiban tadi, karena saat mereka lupa kewajibannya ditangguhkan sampai mereka ingat kembali atau dengan hilangnya alasan-alasan tadi.

Sedangkan bagi mereka yang meninggalkan shalat dalam keadaan sadar(sengaja), mereka harus bertaubat dan harus membayar khaffarat dengan mengqadla semua shalat yang ditinggalkannya.

Kewajiban qadla ditetapkan kepada mereka yang memiliki kewajiban ada' dan kewajiban qadla jatuh dengan jatuhnya kewajiban ada'. Kurang warasnya akal, anak-anak(mereka yang belum menanggung kewajiban), kufur, atau keluarnya darah haid, nifas(sehabis melahirkan),pada semua keadaan tersebut tidak wajib qadha (karena kewajiban ada' terangkat dari mereka) sampai kewajiban ada' terpikulkan kembali kepada mereka (dengan pulihnya keadaan)

Tiga perkara yang menyebabkan hilangnya kewajiban qadla:
1. Melaksanakan kewajiban tepat pada waktunya.
2. Meninggalnya seseorang sebelum masuknya waktu shalat.
3. Kufur, kecuali bagi yang murtad kemudian bertaubat kembali.

(bersambung...)

 
 

Makna Fundalisme, Liberalisme, Modernisme, dan Tradisionalisme

FUNDAMENTALIS

Berdasarkan kacamata Barat dan sesuai dengan kepentingannya, yang dimaksud dengan Fundamentalis ialah Gerakan Islam yang berkarakter “Anti Barat”. Cirinya ada empat, yaitu : Pro Syariat Islam, Pro Khilafah Islamiyah, Anti Demokrasi Barat dan Kritis terhadap pengaruh Barat. Status kelompok ini adalah “Berbahaya”, dan penanganannya adalah “Habisi”.

Siapa pun, perorangan atau kelompok Islam, yang mendukung perjuangan penerapan Syariat Islam, dan setuju dengan penegakan sistem Khilafah Islamiyah, serta menolak sistem Demokrasi Barat, lalu bersikap kritis dan selektif terhadap pengaruh Barat, maka dipastikan oleh Barat ia adalah Fundamentalis, baik lugas mau pun tegas, lembut mau pun keras, kalem mau pun vokal, diam di rumah atau pun turun ke jalan.

Kelompok ini diberi status “Berbahaya” karena dinilai mengancam kepentingan Barat. Kelompok ini dianggap tidak bersahabat dengan Barat, bahkan cenderung memusuhi Barat. Kelompok yang Anti Demokrasi Barat selalu dinilai sebagai kelompok yang tidak menghargai musyawarah, tidak toleran terhadap perbedaan, mau menang sendiri, suka memaksakan kehendak, anti dialog, kaku, kolot, radikal dan eksklusif.

Kelompok ini harus dihabisi dengan berbagai macam jalan, antara lain : 

Pertama, stigmaisasi kelompok. Caranya, semua perbuatan baik kelompok ini tidak boleh dipublikasikan oleh jaringan media Barat dan anteknya. Sebaliknya, semua kesalahan atau keburukan kelompok ini sekecil apa pun, wajib dipublikasikan secara besar-besaran, bahkan harus diulang-ulang pemberitaannya, walau pun sudah kadaluwarsa. Buat stigma negatif kelompok ini sehingga diidentikkan dengan sesuatu yang tidak disukai masyarakat, seperti radikalis, anarkis, teroris, dan sebagainya.

Kedua, pengkerdilan aktivis. Caranya, halangi mereka dari pengembangan pendidikan dan kualitas SDM lainnya. Dalam pemberitaan para tokoh dan aktivis kelompok ini tidak boleh disebutkan gelar akademis atau pun gelar kehormatan mereka, apalagi menyebut suatu karya atau hasil kerja mereka. Cukup sebut nama, dan mereka mesti ditampilkan sebagai orang yang tidak cerdas, tidak rapih, tidak kreatif dan tidak santun, bahkan tonjolkan kebodohan dan keterbelakangan serta kegarangannya.

Ketiga, pengucilan kelompok. Caranya, jangan beri kelompok ini kesempatan sekecil apa pun dalam sistem kekuasaan, baik legislatif, yudikatif mau pun eksekutif. Jangan libatkan kelompok ini dalam even apa pun, baik nasional mau pun internasional. Jangan pernah meminta pendapat apa pun dalam urusan yang bagaimana pun kepada kelompok ini. Jangan pernah memberi peran apa pun dalam situasi bagaimana pun dan dimana pun.

Keempat, pembusukan kelompok. Caranya, susupi dan adu domba antar aktivis dan antar pimpinan mau pun anggota kelompok ini. Tunggangi setiap aksi kelompok ini dan kacaukan agendanya. Ciptakan aneka kerusakan yang bisa dinisbahkan kepada kelompok ini. Sebar fitnah dan tuduhan apa saja secara tersistem yang bisa menghancurkan kelompok ini.

Kelima, pembunuhan kelompok. Caranya, jebak dan ciptakan alasan hukum untuk menangkap para tokoh dan aktivis kelompok ini. Buat alasan legal formal untuk membubarkan kelompok ini. Dorong penguasa agar menjadikan kelompok ini sebagai organisasi terlarang. Bayar preman untuk diadu dengan kelompok ini. Ancam, teror dan intimidasi kelompok ini dimana pun mereka berada. Buat para tokoh dan aktivis kelompok ini tidak nyaman berpergian kemana pun. Pada kondisi puncak : Bunuh tokoh dan aktivis kelompok yang paling berbahaya bagi kepentingan Barat.

MODERNIS

Berdasarkan kacamata Barat dan sesuai dengan kepentingannya, yang dimaksud dengan Modernis ialah “Kelompok Islam” yang berkarakter “Pro Barat”. Cirinya ada empat, yaitu : Anti Syariat Islam, Anti Khilafah Islamiyah, Pro Demokrasi Barat dan Tetap Kritis terhadap pengaruh Barat. Status kelompok ini adalah “Aman”, dan penanganannya adalah “Rangkul”.

Kekritisan Modernis dan kekritisan Fundamentalis terhadap pengaruh Barat tidak sama. Kekritisan Fundamentalis berdiri atas dasar Syariat Islam, artinya segala pengaruh Barat yang bertentangan dengan Syariat Islam pasti ditolak. Sedangkan kekritisan Modernis hanya atas dasar kepentingan kelompok, bahkan cenderung pragmatis dan materialis.

Siapa pun, perorangan atau kelompok yang “mengaku” Islam, tapi menolak penerapan Syariat Islam, dan tidak setuju dengan penegakan sistem Khilafah Islamiyah, serta sebaliknya setuju dan mendukung sistem Demokrasi Barat, namun tetap bersikap kritis dan selektif terhadap pengaruh Barat, maka dipastikan oleh Barat ia adalah Modernis, baik lugas mau pun tegas, lembut mau pun keras, kalem mau pun vokal, diam di rumah atau pun turun ke jalan.

Kelompok ini diberi status “Aman” karena dinilai tidak mengancam kepentingan Barat. Kelompok ini dianggap cukup bersahabat dengan Barat dan menguntungkan Barat, bahkan cukup pro Barat. Kelompok yang Modernis selalu dinilai sebagai kelompok yang cukup menghargai musyawarah, cukup toleran terhadap perbedaan, tidak bersikap mau menang sendiri, tidak suka memaksakan kehendak, dialogis, kompromis, tidak kaku, tidak kolot, bahkan progresif dan inklusif.

Kelompok ini harus dirangkul dengan berbagai macam jalan, antara lain : 

Pertama, pencitraan kelompok. Caranya, semua perbuatan baik kelompok ini harus dipublikasikan oleh jaringan media Barat dan anteknya. Sebaliknya, semua kesalahan atau keburukan kelompok ini sebesar apa pun, tidak boleh dipublikasikan, apalagi diulang-ulang pemberitaannya, walau pun berita baru. Andai pun mesti diberitakan cukup sekedarnya, itu pun harus disertai dengan pembelaan. Buat stigma positif kelompok ini sehingga diidentikkan dengan sesuatu yang disukai masyarakat, seperti humanis, dialogis, kompromis, dan sebagainya.

Kedua, pengembangan aktivis. Caranya, beri para aktivis Modernis bea siswa untuk meraih berbagai gelar akademis di dalam mau pun luar negeri. Dalam pemberitaan para tokoh dan aktivis kelompok ini harus disebutkan gelar akademis atau pun gelar kehormatan mereka sepanjang-panjangnya, termasuk menyebut aneka karya atau hasil kerja mereka. Mereka harus dipuji dan terus diberi penghargaan dan penghormatan di tingkat nasional mau pun internasional. Mereka mesti ditampilkan sebagai orang yang rapih, disiplin, kreatif dan santun, bahkan tonjolkan kecerdasan dan kemajuan serta kemodernannya.

Ketiga, pengaktifan kelompok. Caranya, beri kelompok ini kesempatan sebesar-besarnya dalam sistem kekuasaan, baik legislatif, yudikatif mau pun eksekutif. Libatkan kelompok ini dalam even apa pun, baik nasional mau pun internasional. Minta pendapat apa pun dalam urusan yang bagaimana pun kepada kelompok ini. Dan beri peran apa pun dalam situasi bagaimana pun dan dimana pun kepada mereka.

Keempat, penyegaran kelompok. Caranya, beri bantuan finansial secukupnya untuk berbagai kegiatan kelompok ini. Ciptakan kesempatan sosialisasi di semua lini. Beri ruang yang cukup di berbagai media cetak mau pun elektronik. Siapkan sarana dan prasarana yang memadai untuk melancarkan gerak langkah kelompok ini.

Kelima, pembelaan dan perlindungan kelompok. Caranya, dorong penguasa agar menjadikan kelompok ini sebagai mitra dan sumber masukan untuk berbagai kebijakan. Jaga kelompok ini dari segala gangguan. Buat para tokoh dan aktivis kelompok ini agar 
nyaman berpergian kemana pun, dan fasilitasi secukupnya.

LIBERALIS

Berdasarkan kacamata Barat dan sesuai dengan kepentingannya, yang dimaksud dengan Liberalis ialah “Kelompok Islam” yang berkarakter “Antek Barat”. Cirinya ada empat, yaitu : Anti Syariat Islam, Anti Khilafah Islamiyah, Pro Demokrasi Barat dan Tidak Kritis terhadap pengaruh Barat. Status kelompok ini adalah “Sangat Aman”, dan penanganannya adalah “Besarkan”.

Siapa pun, perorangan atau kelompok yang “mengaku” Islam, yang sangat menolak penerapan Syariat Islam, dan sangat tidak setuju dengan penegakan sistem Khilafah Islamiyah, serta sangat setuju dan amat mendukung sistem Demokrasi Barat, dan sama sekali tidak kritis terhadap pengaruh Barat, bahkan menelannya tanpa seleksi karena baginya semua yang berasal dari Barat sudah di atas segalanya, maka dipastikan oleh Barat ia adalah Liberalis, baik lugas mau pun tegas, lembut mau pun keras, kalem mau pun vokal, diam di rumah atau pun turun ke jalan.

Kelompok ini diberi status “Sangat Aman” karena dinilai sama sekali tidak mengancam kepentingan Barat, bahkan justru sangat menguntungkan Barat. Kelompok ini dianggap sangat bersahabat dengan Barat, bahkan sudah menjadi “Antek Barat”. Kelompok Liberalis selalu dinilai Barat sebagai kelompok yang sangat menghargai musyawarah, sangat toleran terhadap perbedaan, sangat suka mengalah, sangat tidak suka memaksakan kehendak, sangat dialogis dan amat kompromis, tidak kaku, tidak kolot, bahkan sangat progresif dan inklusif.

Kelompok ini harus dibesarkan dengan berbagai macam jalan sebagaimana jalan merangkul kelompok Modernis. Hanya saja kelompok ini harus diprioritaskan dan harus dianak-emaskan ketimbang kelompok Modernis. Jadi, jika kelompok Modernis harus dibantu dalam soal pencitraan, pengembangan, pengaktifan, penyegaran, pembelaan dan perlindungan, maka kelompok Liberalis harus lebih dari itu semua, karena Liberalis punya nilai tambah dibanding Modernis, yaitu sama sekali tidak kritis terhadap pengaruh Barat, bahkan selalu “membebek” terhadap kebijakan dan keinginan Barat. Karenanya, jika seorang Modernis cukup di-negarawan-kan, maka seorang Liberalis perlu di-wali-kan.

TRADISIONALIS

Berdasarkan kacamata Barat dan sesuai dengan kepentingannya, yang dimaksud dengan Tradisionalis ialah Gerakan Islam yang berkarakter “Netral” yaitu tidak anti mau pun pro terhadap Barat. Cirinya ada empat, yaitu : Pro Syariat Islam, Pro Khilafah Islamiyah, Pro Demokrasi Barat dan Kritis terhadap pengaruh Barat. Status kelompok ini adalah “Waspada” dan penanganannya adalah “Dijaga”.

Dalam batas tertentu, kelompok ini terlihat agak “plin-plan”, karena menerima sistem Islam dan sistem Demokrasi Barat sekaligus. Namun dalam batas lain, kelompok ini memiliki pemahaman sendiri tentang makna Demokrasi, tidak seperti pemahaman kaum Modernis atau pun Liberalis. Dan dalam batas lainnya lagi, kelompok ini terlalu lugu dan polos, sehingga terlalu “Husnu Zhonn” dengan sistem Demokrasi Barat.
Kelompok ini diberi status “Waspada” karena tiga dari empat ciri yang dimilikinya sama 

dengan ciri Fundamentalis, sehingga dikhawatirkan mudah terseret menjadi Fundamentalis. Dalam penilaian Barat, kelompok ini setiap saat bisa berubah menjadi ancaman bagi kepentingan Barat. Oleh sebab itu, kelompok ini harus dijaga betul, antara lain dengan jalan : 

Pertama, pemisahan kelompok, yaitu kelompok ini harus dipisahkan dan dijauhkan dengan kelompok Fundamentalis, bahkan kalau perlu diadu-domba, karena persentuhan kelompok ini dengan Fundamentalis berpotensi besar merubahnya jadi Fundamentalis.

Kedua, pendekatan kelompok, yaitu kelompok ini harus terus didekati dan secara perlahan diliberalkan atau dimoderniskan, atau sekurangnya menjadi sahabat untuk menghantam Fundamentalis. Kelompok ini sangat potensial karena berakar hingga ke akar rumput, sehingga bisa menjadi kawan yang manfaat bagi Barat untuk menghadapi kaum Fundamentalis.

Ketiga, perubahan kelompok, yaitu memberi kader-kader muda kelompok ini bea siswa untuk studi Islam di negeri Barat, sehingga saat kembali ke negerinya bisa menjadi ujung tombak perubahan kelompok ini menjadi Liberalis atau Modernis. Diutamakan kader-kader muda dari anak cucu tokoh-tokoh sentral kelompok ini sehingga upaya perubahan bisa lebih maksimal agar hasilnya lebih optimal.

Tuesday, April 8, 2014

GUS DUR KAULAH PAHLAWAN DAN TELADANKU


WAJIB DIBACA MENJELANG PEMILU;
Di akhir tahun 1998 Gus Dur rawuh (datang) di Wonoi orang Wonosobo. Saat itu sedang ramainya era reformasi, beberapa bulan setelah Pak Harto jatuh. Dan ini terjadi beberapa bulan sebelum Gus Dur menjadi orang nomer satu di Negeri ini. Beliau masih menjabat sebagai Ketua PBNU.

Bertempat di Gedung PCNU Wonosobo, Gus Dur mengadakan pertemuan dengan pengurus NU dari Wonosobo, Banjarnegara, Pubalingga, Kebumen, Temanggung dan Magelang.
Tentu saja semua kiai ingin tahu pendapat Gus Dur tentang situasi politik terbaru. Penulis hadir di situ walaupun bukan kiai, dan duduk persis di depan Gus Dur. Penulis lah yang menuntun Gus Dur menaiki Lantai 2 PCNU Wonosobo.

“Pripun Gus situasi politik terbaru?” tanya seorang kiai.

“Orde Baru tumbang, tapi Negeri ini sakit keras.” kata Gus Dur.

“Kok bisa Gus?”

“Ya bisa, wong yang menumbangkan Orde Baru pakainya emosi dan ambisi tanpa perencanaan yang jelas. Setelah tumbang mereka bingung mau apa, sehingga arah reformasi gak genah. Bahkan Negeri ini di ambang kehancuran, di ambang perang saudara. Arah politik Negeri ini sedang menggiring Negeri ini ke pinggir jurang kehancuran dan separatisme. Lihat saja, baru berapa bulan Orde Reformasi berjalan, kita sudah kehilangan propinsi ke-27 kita, yaitu Timor Timur.” kata Gus Dur.

Kiai tersebut sebagaimana biasa, kalau belum mulai bicara. Pak Habibi, kita semua akan merasa kasihan dengan sikap Gus Dur yang datar dan seperti capek sekali dan seperti aras-arasen bicara. Tapi kalau sudah mulai, luar biasa memikat dan ruangan jadi sepi kayak kuburan, tak ada bunyi apapun selain pangendikan Gus Dur.

Seorang kiai penasaran dengan calon presiden devinitif pengganti Pak Habibi yang hanya menjabat sementara sampai sidang MPR. Ia bertanya: “Gus, terus siapa yang paling pas jadi Presiden nanti Gus?”

“Ya saya, hehehe…” kata Gus Dur datar.

Semua orang kaget dan menyangka Gus Dur guyon seperti biasanya yang memang suka guyon.

“Yang bisa jadi presiden di masa seperti ini ya hanya saya kalau Indonesia gak pingin hancur. Dan saya sudah dikabari kalau-kalau saya mau jadi presidan walau sebentar hehehe...” kata Gus Dur mantab.

“Siapa yang ngabari dan yang nyuruh Gus?” tanya seorang kiai.

“Gak usah tahu. Orang NU tugasnya yakin saja bahwa nanti presidennya pasti dari NU,” kata Gus Dur masih datar seperti guyon.

Orang yang hadir di ruangan itu bingung antara yakin dan tidak yakin mengingat kondisi fisik Gus Dur yang demikian. Ditambah lagi masih ada stok orang yang secara fisik lebih sehat dan berambisi jadi presiden, yaitu Amin Rais dan Megawati. Tapi tidak ada yang berani mengejar pertanyaan tentang presiden RI.

Kemudian Gus Dur menyambung: “Indonesia dalam masa menuju kehancuran. Separatisme sangat membahayakan. Bukan separatismenya yang membahayakan, tapi yang memback up di belakangnya. Negara-negara Barat ingin Indonesia hancur menjadi Indonesia Serikat, maka mereka melatih para pemberontak, membiayai untuk kemudian meminta merdeka seperti Timor Timur yang dimotori Australia.”

Sejenak sang Kiai tertegun. Dan sambil membenarkan letak kacamatanya ia melanjutkan: “Tidak ada orang kita yang sadar bahaya ini. Mereka hanya pada ingin menguasai Negeri ini saja tanpa perduli apakah Negeri ini cerai-berai atau tidak. Maka saya harus jadi presiden, agar bisa memutus mata rantai konspirasi pecah-belah Indonesia. Saya tahu betul mata rantai konspirasi itu. RMS dibantu berapa Negara, Irian Barat siapa yang back up, GAM siapa yang ngojok-ojoki, dan saya dengar beberapa propinsi sudah siap mengajukan memorandum. Ini sangat berbahaya.”

Kemudiaan ia menarik nafas panjang dan melanjutkan: “Saya mau jadi presiden. Tetapi peran saya bukan sebagai pemadam api. Saya akan jadi pencegah kebakaran dan bukan pemadam kebakaran. Kalau saya jadi pemadam setelah api membakar Negeri ini, maka pasti sudah banyak korban. Akan makin sulit. Tapi kalau jadi pencegah kebakaran, hampir pasti gak akan ada orang yang menghargainya. Maka, mungkin kalaupun jadi presiden saya gak akan lama, karena mereka akan salah memahami langakah saya.”

Seakan mengerti raut wajah bingung para kiai yang menyimak, Gus Dur pun kembali selorohkan pemikirannya. “Jelasnya begini, tak kasih gambaran,” kata Gus Dur menegaskan setelah melihat semua hadirin tidak mudeng dan agak bingung dengan tamsil Gus Dur.

“Begini, suara langit mengatakan bahwa sebuah rumah akan terbakar. Ada dua pilihan, kalau mau jadi pahlawan maka biarkan rumah ini terbakar dulu lalu datang membawa pemadam. Maka semua orang akan menganggap kita pahlawan. Tapi sayang sudah terlanjur gosong dan mungkin banyak yang mati, juga rumahnya sudah jadi jelek. Kita jadi pahlawan pemyelamat yang dielu-elukan.”

Kemudian lanjutnya: “Kedua, preventif. Suara langit sama, rumah itu mau terbakar. Penyebabnya tentu saja api. Ndilalah jam sekian akan ada orang naruh jerigen bensin di sebuah tempat. Ndilalah angin membawa sampah dan ranggas ke tempat itu. Ndilallah pada jam tertentu akan ada orang lewat situ. Ndilalah dia rokoknya habis pas dekat rumah itu. Ndilalalah dia tangan kanannya yang lega. Terus membuang puntung rokok ke arah kanan dimana ada tumpukan sampah kering.”

Lalu ia sedikit memajukan duduknya, sambil menukas: “Lalu ceritanya kalau dirangkai jadi begini; ada orang lewat dekat rumah, lalu membuang puntung rokok, puntung rokok kena angin sehingga menyalakan sampah kering, api di sampah kering membesar lalu menyambar jerigen bensin yang baru tadi ditaruh di situ dan terbakarlah rumah itu.”

“Suara langit ini hampir bisa dibilang pasti, tapi semua ada sebab-musabab. Kalau sebab di cegah maka musabab tidak akan terjadi. Kalau seseorang melihat rumah terbakar lalu ambil ember dan air lalu disiram sehingga tidak meluas maka dia akan jadi pahlawan. Tapi kalau seorang yang waskito, yang tahu akan sebab-musabab, dia akan menghadang orang yang mau menaruh jerigen bensin, atau menghadang orang yang merokok agar tidak lewat situ, atau gak buang puntung rokok di situ sehingga sababun kebakaran tidak terjadi.”

Sejenak semua jamaah mangguk-mangguk. Kemudian Gus Dur melanjutkan: “Tapi nanti yang terjadi adalah, orang yang membawa jerigen akan marah ketika kita cegah dia naruh jerigen bensin di situ: “Apa urusan kamu, ini rumahku, bebas dong aku naruh di mana?” Pasti itu yang akan dikatakan orang itu.”

“Lalu misal ia memilih menghadang orang yang mau buang puntung rokok agar gak usah lewat situ, Kita bilang: “Mas, tolong jangan lewat sini dan jangan merokok. Karena nanti Panjenengan akan menjadi penyebab kebakaran rumah itu.” Apa kata dia: “Dasar orang gila, apa hubungannya aku merokok dengan rumah terbakar? Lagian mana rumah terbakar?! Ada-ada saja orang gila ini. Minggir! saya mau lewat.”

Kini makin jelas arah pembicaraannya dan semua yang hadir makin khusyuk menyimak. “Nah, ini peran yang harus diambil NU saat ini. Suara langit sudah jelas, Negeri ini atau rumah ini akan terbakar dan harus dicegah penyebabnya. Tapi resikonya kita tidak akan popular, tapi rumah itu selamat. Tak ada selain NU yang berpikir ke sana. Mereka lebih memilih: “Biar saja rumah terbakar asal aku jadi penguasanya, biar rumah besar itu tinggal sedikit asal nanti aku jadi pahlawan maka masyarakat akan memilihku jadi presiden.”

“Poro Kiai ingkang kinormatan.” kata Gus Dur kemudian. “Kita yang akan jadi presiden, itu kata suara langit. Kita gak usah mikir bagaimana caranya. Percaya saja, titik. Dan tugas kita adalah mencegah orang buang puntung rokok dan mencegah orang yang kan menaruh bensin. Padahal itu banyak sekali dan ada di banyak negara. Dan pekerjaan itu secara dzahir sangat tidak popular, seperti ndingini kerso. Tapi harus kita ambil. Waktu yang singkat dalam masa itu nanti, kita gak akan ngurusi dalam Negeri.”

“Kita harus memutus mata rantai pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka di Swiss, kita harus temui Hasan Tiro. Tak cukup Hasan Tiro, presiden dan pimpinan-pimpinan negara yang simpati padanya harus didekati. Butuh waktu lama,” lanjut Gus Dur.

“Belum lagi separatis RMS (Republik Maluku Sarani) yang bermarkas di Belanda, harus ada loby ke negara itu agar tak mendukung RMS. Juga negara lain yang punya kepentingan di Maluku,” kata Gus Dur kemudian.

“Juga separatis Irian Barat Papua Merdeka, yang saya tahu binaan Amerika. Saya tahu anggota senat yang jadi penyokong Papua Merdeka, mereka membiayai gerakan separatis itu. Asal tahu saja, yang menyerang warga Amerika dan Australia di sana adalah desain mereka sendiri.”

Kemudian Gus Dur menarik nafas berat, sebelum melanjutkan perkataan berikutnya. “Ini yang paling sulit, karena pusatnya di Israel. Maka, selain Amerika saya harus masuk Israel juga. Padahal waktu saya sangat singkat. Jadi mohon para kiai dan santri banyak istighatsah nanti agar tugas kita ini bisa tercapai. Jangan tangisi apapun yang terjadi nanti, karena kita memilih jadi pencegah yang tidak populer. Yang dalam Negeri akan diantemi sana-sini.”

Sekonyong beliau berdiri, lalu menegaskan perkataan terakhirnya: “NKRI bagi NU adalah Harga Mati!”

“Saya harus pamit karena saya ditunggu pertemuan dengan para pendeta di Jakarta, untuk membicarakan masa depan negara ini. Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...” tutup Gus Dur.

Tanpa memperpanjang dialog, Gus Dur langsung pamit. Kita bubar dengan benak yang campur-aduk, antara percaya dan tidak percaya dengan visi Gus Dur. Antara realitas dan idealitas, bahwa Gus Dur dengan sangat tegas di hadapan banyak kiai bahwa dialah yang akan jadi presiden. Terngiang-ngiang di telinga kami dengan seribu tanda tanya.

Menghitung peta politik, rasanya gak mungkin. Yang terkuat saat itu adalah PDIP yang punya calon mencorong Megawati putri presiden pertama RI yang menemukan momentnya. Kedua, masih ada Partai Golkar yang juga Akbar Tanjung siap jadi presiden. Di kelompok Islam modern ada Amien Rais yang juga layak jadi presiden, dan dia dianggap sebagian orang sebagai pelopor Reformasi.

Maka kami hanya berpikir bahwa, rasional gak rasional, percoyo gak percoyo ya percoyo aja apa yang disampaikan Gus Dur tadi. Juga tentang tamsil rumah tebakar tadi. Sebagian besar hadirin agak bingung walau mantuk-mantuk karena gak melihat korelasinya NU dengan jaringan luar negeri.

Sekitar 3 bulan kemudian, Subhanallah… safari ke luar ternyata Gus Dur benar-benar jadi Presiden. Dan Gus Dur juga benar-benar bersafari ke luar negeri seakan maniak plesiran. Semua negara yang disebutkan di PCNU Wonosobo itu benar-benar dikunjungi. Dan reaksi dalam negeri juga persis dugaan Gus Dur saat itu bahwa Gus Dur dianggap foya-foya, menghamburkan duit negara untuk plesiran. Yang dalam jangka waktu beberapa bulan sampai 170 kali lawatan. Luar biasa dengan fisik yang (maaf) begitu, demi untuk sebuah keutuhan NKRI.

Pernah suatu ketika Gus Dur lawatan ke Paris (kalau kami tahu maksudnya kenapa ke Paris). Dalam negeri, para pengamat politik dan politikus mengatakan kalau Gus Dur memakai aji mumpung. Mumpung jadi presiden pelesiran menikmati tempat-tempat indah dunia dengan fasilitas negara.

Apa jawab Gus Dur: “Biar saja, wong namanya wong ora mudeng atau ora seneng. Bagaimana bisa dibilang plesiran wong di Paris dan di Jakarta sama saja, gelap gak lihat apa-apa, koq dibilang plesiran. Biar saja, gitu aja koq repot!”

Masih sangat teringat bahwa pengamat politik yang paling miring mengomentrai lawatan Gus Dur sampai masa Gus Dur lengser adalah Alfian Andi Malarangeng, Menpora yang sekarang kena kasus. Tentu warga NU gak akan lupa sakit hatinya mendengar ulasan dia. Sekarang terimalah balasan dari Tuhan.

Satu-satunya pengamat politik yang fair melihat sikap Gus Dur, ini sekaligus sebagai apresiasi kami warga NU, adalah Hermawan Sulistyo, atau sering dipanggil Mas Kiki. terimakasih Mas Kiki.

Kembali ke topik. Ternyata orang yang paling mengenal sepak terjang Gus Dur adalah justru dari luar Islam sendiri. Kristen, Tionghoa, Hindu, Budha dll. mereka tahu apa yang akan dilakukan Gus Dur untuk NKRI ini. Negeri ini tetap utuh minus Timor Timur karena jasa Gus Dur. Beliau tanpa memikirkan kesehatan diri, tanpa memikirkan popularitas, berkejaran dengan sang waktu untuk mencegah kebakaran rumah besar Indonesia.

Dengan resiko dimusuhi dalam negeri, dihujat oleh separatis Islam dan golongan Islam lainnya, Gus Dur tidak perduli apapun demi NKRI tetap utuh. Diturunkan dari kursi presiden juga gak masalah bagi beliau walau dengan tuduhan yang dibuat-buat. Silakan dikroscek data ini. Lihat kembali keadaan beberapa tahun silam era reformasi baru berjalan, beliau sama sekali gak butuh gelar “Pahlawan”. Karena bagi seluruh warga NU “Beliau adalah Pahlawan yang sesungguhnya.”

Disadur dan diedit ulang dari tulisan Gus Theler Cuek (https://www.facebook.com/theler.cuek/posts/743645182347160).

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 06 April 2014

http://www.muslimedianews.com/2014/04/wajib-dibaca-menjelang-pemilu-gus-dur.html
http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2014/04/wajib-dibaca-menjelang-pemilu-gus-dur.html

KEUTAMAA BELAJAR MEMBACA AL-QUR'AN WALAUPUN DENGAN SUSAH PAYAH.( TERBATA-BATA/GRETOLEN).



" Orang yang mahir berinteraksi dengan Al-Qur'an akan bersama Malaikat yang muliia dan taat, sedangkan yang membaca Al-Qur'an dengan terbata-bata atau susah payah ( gretolen) maka ia akan mendapatkan dua pahala." HR.Muslim.

Imam Nawawi,dalam kitab syarah Muslim menjelaskan;kata " mahir" ialah berarti ia mampu memahami,membaca,menghafal,mentadabburii dan mengamalkan Al-qur'an.

Adapun bagi seseorang yang susah payah terbata bata dalam membacanya, ia aka diberi dua pahala, maksudnya yaitu: pahala membaca dan pahala dengan susah payhnya dia membaca."

Nabi saw bersabda;

ٳن افضلكم من تعلم القراءن و علمه.
Sesungguhnya orang paling utama diantara kalian adalah, yang belajar Al-Quran dan mengajarnya."

Dari Sahabat Anas. RA. Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah swt itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia," kemudian Anas bertanya lagi," Siapakah mereka itu wahai Rasulullah,? Rasulullah saw berkata," Yaitu Ahlil Qur'an, ( orang yang membaca,menghapal dan mengamalkan isinya),mereka adalah kelrga Allah dan mereka orang orang yang istimewa bagi Allah."

Dari Ali bin Abi Thalib karramallaahu wajhu." Rasulullah saw bersabda,:
Barang siapa yang senantiasa membaca Al-Qur'an dan menghafalkannya, maka Allah akan memasukkan kedalam surga, dan diberikannya hak sepuluh syafa'at untuk anggota keluarganya dimana mereka semuanya sebelumnya telah ditetapkan masuk neraka."

Sabda Rasullah sawn dari Ibnu mas'ud ra. Hendaknya yang berhak menjadi Imam ddalam Shalat ssuatu kaum ialah mereka yang paling baik bacaannya( menghafal) Alqur'annya."

Jadikan keluarga kita sebagai keluarga generasi Qur'ani... hiasi rumah rumah kita dengan lantunan ayat ayat Qur'an..dengan demikian insya Allah Rumah rumah kita akan diterangi oleh cahay cahaya Al Qur'an..