* bantu cegah penularan radikalisme. sedot informasinya & sebarkan. page ini sudah TO (target operasi) tim cyber kaum radikal, tinggal tunggu waktu koit
Mau tau kenapa FP Facebook "Anda Bertanya Habib Rizieq Menjawab" (ABHRM) bisa bertahan lama? Sedangkan page ini yang baru berumur beberapa bulan sudah diserang secara massive sampai kena suspend, bahkan postingan kemarin "jangan mudik" kembali dihapus facebook setelah dilaporkan ramai-ramai (hanya bertahan 18 jam).
Karena ABHRM tidak pernah menyentuh AKAR MASALAH dalam internal Islam, yakni: aliran SALAFI WAHABI yang dianut oleh terorisme global dari AlQaeda s/d ISIS. Karena ketika seorang SALAFIS bernama Osama Bin Laden dinobatkan sebagai pelaku Serangan 911, dunia tidak mengerti apa itu "Salafi".. dunia hanya tau ISLAM. (1)
(nomor paragraf) = REFERENSI SUMBER KREDIBEL
Ketika rentetan bom bunuh diri meledak di berbagai penjuru dunia dari london sampai madrid sampai irak buah karya gerombolan begal SALAFIS WAHABIS bernama Al-Qaeda, dunia tidak mengerti apa itu "Salafi Wahabi".. dunia hanya tau ISLAM. (2)
Ketika Amrozi,cs meledakkan Sari Club pada serangan Bom Bali I, dunia tidak tau Amrozi juga menganut aliran radikal "Salafi Wahabi" yang berasal dari Arab Saudi ini.. dunia hanya tau Amrozi ISLAM. (3)
Ketika dunia bergetar merinding menyaksikan video-video eksekusi manusia brutal nan sadis oleh ISIS, dunia tidak tau ISIS juga beraliran "Wahabi" sama seperti aliran yang dianut organisasi induknya Al-Qaeda.. dunia hanya tau ISIS itu ISLAM. (4)
SALAFI WAHABI adalah aliran yang berasal dari Gurun Nejad yang dibawa pertama kali oleh imam (pendiri aliran) bernama M. IBN ABD WAHHAB, yang lahir tahun 1700-an Masehi (1100 tahun setelah era Nabi), yang kemudian membentuk aliansi dengan IBN SAUD bersama-sama membangun Arab Saudi, dan aliansi tersebut masih kuat sampai hari ini. (5)
Salafi Wahabi menjadi RADIKAL karena Ulama mereka mengajarkan untuk menerapkan ayat-ayat AlQuran secara TEKSTUAL. Ayat-ayat yang menceritakan kisah nabi-nabi masa lalu, peristiwa yang SUDAH TERJADI, diterapkan serampangan & asal-asalan pada kehidupan masa kini.
Aliran Salafi Wahabi juga menggunakan karya-karya IBN TAYMIYYAH, ulama yang lahir tahun 1200-an Masehi (600 tahun setelah era Nabi), yang mana salah satu kitabnya "Majmu Fatawa" berisikan FATWA TAKFIR, sebuah fatwa yang lahir pada masa darurat perang , yang melegalkan PEMBUNUHAN terhadap orang yang dianggap Kafir, bahkan terhadap sesama Muslim yang juga dianggap Kafir. (6)
FATWA TAKFIR INILAH PEDOMAN
PARA TERORIS SALAFIS WAHABIS
Saat pertam kali heboh ISIS pada pertengahan 2014, banyak pesantren MANHAJ SALAF (sebutan untuk aliran Salafi Wahabi) di tanah air yang mempromosikan ISIS, seperti salah satunya Tabligh Akbar yang diadakan oleh pengajian Manhaj Salaf JAMA'AH ANSHARUT TAUHID (JAT) yang berjudul "Mereka (ISIS) bukan kaum sesat, mereka adalah pejuang Allah (Mujahid)." (7)(8)
ULAMA SALAFI Arab Saudi Sheikh Aadet Al-Kabani, salah satu Imam dari Mesjidil Haram, dalam sebuah wawancara dengan MEMRI TV (stasiun TV swasta TimTeng), mengakui bahwa "ISIS adalah murni PRODUK SALAFI". Pengakuan ini juga dilansir oleh situs lembaga pemerhati terorisme "Jihad Watch" yang terkenal kredibel. (9)
Kementrian agama Mesir baru-baru ini MENYITA buku-buku Salafi yang ditulis oleh sang Imam M.bin Abdul Wahab, juga kitab-kitab Ibn Taymiyyah. Pemerintah Tunisia juga berencana untuk MENUTUP sekitar 80 masjid yang sering digunakan pengajian Salafi Wahabi, KARENA terbukti mengajarkan paham Radikal, terorisme & penghasutan kebencian. (10)(11)
Bahkan HAMAS pun JIJIK melihat kebrutalan para Salafis Wahabis sampai memutuskan untuk menghancurkan sebuah Mesjid Salafi, menangkap anggota Salafi yang diketahui sering Khotbah mempromosikan ISIS. (12)
Malaysia pun tak ketinggalan menerapkan kebijakan yang berani ketika Mufti Perak menerbitkan Fatwa MENGHARAMKAN aliran Salafi Wahabi yang dianggap bertentangan dengan Akidah & nilai-nilai Islam. (13)
Di tanah air sendiri kita masih menunggu langkah kongkrit dari pemerintahan baru. Namun Jokowi yang pernah menyatakan bahwa ISIS adalah MUSUH NO.1 bagi NKRI adalah sinyal bagus. Gerakan secara sporadis pun sudah dilakukan di berbagai tempat, seperti ratusan Kyiai Madura yang Deklarasi MENOLAK ajaran Wahabi, juga Nahdlatul Ulama (NU) yang telah berkali-kali menerbitkan peringatan waspada akan BAHAYA SALAFI WAHABI. (14)(15)(16)
KENALI WAJAH RADIKALISME DALAM ISLAM. "Tak kenal maka tak sayang." Mari kita Muslim Nusantara dan saudara sebangsa non-muslim, mari kita BERSATU rapatkan barisan, bersama-sama tingkatkan kewaspadaan terhadap aliran Radikal Intoleran yang berniat untuk merusak kerukunan bangsa & melakukan MAKAR, karena kami Muslim Nusantara tidak akan pernah mengkhianati saudara sebangsa non-muslim demi PETRO DOLLAR. Karena Muslim anti NKRI adalah MUSUH juga bagi kami Muslim NASIONALIS pro-NKRI. Rapatkan barisan!
REFERENSI KITAB:
- Kitab "al-Tawhid", M. Ibn Abd al-Wahhab
- Kitab "Majmu’ Al-Fatawa", Ibn Taymiyyah
- Kitab "Fatawa Nur ala ad-Darb no.6", Abdul Aziz ibn Bazz
- Kitab "al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabilah", al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi
- Kitab "as-Syekh Muhammad ibn Abdul Wahhab, Aqidatuh as-Salafiyyah Wa Da’watuh al Islamiyyah", Ahmad bin Hajar Al Buthami
- Kitab "Wattuh fatul Wahabiyyatin Najdiyah", Sulaiman ibn Sahman al-Najdi
- Kitab "as-Sowaikhul illahiyah Firroddi Alal Wahabiyyah, volume 3", Sulaiman bin Abdul Wahab al-Najdi
SUMBER:
(1) WIKIPEDIA: many in the Wahhabi/Salafi movement (such as Osama bin Laden) focusing on jihad (Salafist jihadists) against the US and (what they believe are) other enemies of Islam. [178][179] http://en.wikipedia.org/wiki/Wahhabism
(2) WIKIPEDIA: Al-Qaeda's Ideology: Salafist jihadism [1][2][3] Salafism / Wahhabism. It operates as a network comprising both a multinational, stateless army[48] an extremist wahhabi jihadist group.[49] http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Qaeda
(3) WIKIPEDIA: Amrozis' family were strictly religious, following the Wahhabist school of Islam which has its roots in Saudi Arabia. http://en.wikipedia.org/wiki/Amrozi_bin_Nurhasyim
(4) WIKIPEDIA: The group (ISIS) originated as AQI (AlQaeda in Iraq) Ideologies: Salafist jihadism. Salafism / Wahhabism [6][7] http://en.wikipedia.org/wiki/Islamic_State_of_Iraq_and_the_Levant
(5) WIKIPEDIA: Ibn ʿAbd al-Wahhab's pact with Muhammad bin Saud helped to establish the first Saudi state[12] and began a dynastic alliance and power-sharing arrangement between their families which continues to the present day in the Kingdom of Saudi Arabia.[13] https://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_ibn_Abd_al-Wahhab
(6) Ibn Taymiyyah is renowned for his fatwa (TAKFIR) declaring jihad by Muslims, on the grounds that they did not follow Sharia and as such were NOT Muslim, their claims to have converted to Islam notwithstanding.[11][13] His teachings had a profound influence on the Muhammad ibn Abd al-Wahhab.[4] https://en.wikipedia.org/wiki/Ibn_Taymiyyah
(7) Gelar pengajian ISIS, anggota JAT diperiksa
www.merdeka.com/peristiwa/diduga-gelar-pengajian-isis-anggota-jat-semarang-diperiksa.html
(8) JAT adalah pengajian Manhaj Salaf (Salafi)
www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2011/12/08/16949/jat-dalam-perspektif-pergerakan-islam-dan-kontroversi/#sthash.NV1RAvIG.dpbs
(9) Salafi cleric: ISIS is “a true product of Salafism”
http://www.jihadwatch.org/2014/11/senior-saudi-salafi-cleric-the-islamic-state-is-a-true-product-of-salafism
(10) Mesir Bersihkan Masjid dari Buku-Buku Wahabi
http://arrahmahnews.com/2015/06/27/mesir-bersihkan-masjid-dan-perpustakan-dari-buku-buku-wahabi/
(11) Masjid Wahabi Ditutup Pemerintah Tunisia
http://arrahmahnews.com/2015/06/27/80-masjid-wahabi-ditutup-pemerintah-tunisia/
(12) HAMAS Berangus Salafi ISIS
http://dunia.tempo.co/read/news/2015/05/07/115664422/Hamas-Berangus-Salafi-ISIS-Keluarkan-Ultimatum
(13) Mufti Perak Malaysia Haramkan Paham Wahabi
http://kabarislamia.com/2013/11/19/mufti-perak-malaysia-haramkan-paham-wahabi/
(14) Jokowi ingatkan TNI musuh utama RI adalah ISIS
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/596624-presiden-ingatkan--musuh-utama-tni-polri-adalah-isis
(15) Ratusan Kyiai Madura Deklarasi Tolak Wahabi & ISIS
http://www.tempo.co/read/news/2015/04/02/058654848/Ratusan-Kiai-Madura-Deklarasi-Tolak-Wahabi-dan-ISIS
(16) NU: Waspadai Aliran Salafi Wahabi
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,12-id,38025-lang,id-c,buku-t,Mewaspadai+Aliran+Salafi++Wahabi++Dan+Hizbut+Tahrir-.phpx
Wednesday, July 15, 2015
KAUM RADIKAL PALING TAKUT INFORMASI INI TERSEBAR LUAS
Monday, February 16, 2015
Surat Terbuka Untuk Ustadz Arifin Ilham
Yang saya hormati, Ustadz Arifin Ilham,
Assalamualaikum ww. Perkenalkan, saya Dina Y. Sulaeman, seorang ibu rumah tangga biasa, yang senang belajar dan menulis. Kecintaan saya untuk menuntut ilmu mendorong saya untuk kuliah lagi di program doktor Hubungan Internasional; sama sekali tak ada karir yang menuntut saya untuk itu. Tulisan-tulisan saya selama ini, kelihatannya cukup banyak diapresiasi orang; dalam arti, bukan tulisan ngawur. Bahkan ada tulisan saya yang sempat dimuat di majalah Az-Zikra yang Antum terbitkan, Ustadz.
Hanya saja, sejak saya aktif memberikan penjelasan tentang bagaimana sebenarnya konflik Suriah, saya tiba-tiba dimusuhi oleh kelompok-kelompok radikal pro-jihad Suriah. Dan tiba-tiba saja, seorang ibu rumah tangga seperti saya mendapat ‘kehormatan’ dinobatkan jadi “Tokoh Syiah Indonesia” oleh media-media pro-jihad Suriah, yang pemiliknya adalah teman-teman Antum sendiri, Ustadz. Meskipun isi artikel berjudul Tokoh Syiah itu fitnah, tapi setidaknya tiba-tiba saja ada gelar ‘tokoh’ dilekatkan kepada saya. Siapa tahu gelar ini (meskipun ngawur), membuat saya dianggap sah untuk lancang menyurati seorang tokoh besar seperti Antum.
Ada pesan penting yang ingin saya sampaikan kepada Antum, Ustadz. Tolong, ingatlah lagi kronologi konflik Suriah, dengan mengaitkannya pada konflik Libya. Mengapa? Karena saya tahu, Antum sangat dirugikan oleh konflik Libya. Saya baca berita tahun 2011, bantuan dari Libya untuk yayasan Antum terputus gara-gara perang.
Saya juga beberapa kali menulis tentang Libya. Salah satu pegangan utama saya adalah kata-kata antum di Facebook, Ustadz, yaitu bahwa sesungguhnya Presiden Qaddafi adalah seorang hafiz Quran dan sangat consern pada Islam. Ini yang antum tulis waktu itu Ustadz:
Saat konflik Libya baru meletus, data yang bisa saya dapat sangat sedikit, karena terhambatnya arus informasi dari sana (tapi kemudian segalanya menjadi jelas setelah ada jurnalis-jurnalis independen yang nekad masuk ke sana dengan taruhan nyawa). Di awal, saya pakai data-data dari PBB, bahwa HDI dan GDP Libya adalah tertinggi di Afrika (artinya, Libya adalah negara yang sangat-sangat makmur). Kesaksian beberapa orang yang pernah di Libya juga menambah keyakinan saya bahwa data ini sama sekali tidak cocok dengan skenario ‘gelombang demokratisasi’. Terlepas dari keburukan alm. Qaddafi (yang digambarkan media massa Barat, jadi saya tidak tahu pasti benar-tidaknya, Antum yang lebih kenal alm. Qaddafi, Ustadz), fakta tak terbantahkan adalah beliau menggunakan kekayaan alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Bila seluruh rakyat diberi gratis rumah, mobil, kesehatan, sekolah, berpendapatan US$ 14.600 per kapita, untuk apa lagi mereka menuntut Qaddafi mundur? Bahwa ada kelompok oposisi yang sakit hati dan ingin merebut kekuasaan, itu wajar saja. Tapi isu bahwa SELURUH rakyat Libya menghendaki demokrasi (atau berjihad melawan Qaddafi yang ‘kafir’), bahkan mengundang bantuan NATO, jelas omong kosong. Berita foto dan video yang dikirim jurnalis independen, misalnya Nazemroaya dari Kanada, justru menunjukkan demo luar biasa besar di Tripoli, menolak NATO. Tapi tak ada media mainstream yang mau memberitakan kebenaran ini.
Setelah NATO membombardir Libya pada Maret 2011 (dan yang hancur sebagian besar justru infrastruktur dan bangunan sipil), proyek rekonstruksi dan eksplorasi minyak, jatuh ke tangan negara-negara Barat. Bahkan, setelah Barat membekukan dana Libya di bank-bank luar negeri (dan tidak mengembalikannya ke rakyat Libya), Barat pula yang menawarkan hutang kepada pemerintah baru Libya, untuk biaya membangun kembali Libya yang sudah hancur lebur dibom NATO.
Sebagai orang yang sangat erat berhubungan dengan Libya, Antum pasti sepakat dengan saya, bahwa alm. Presiden Qaddafi dan sebagian besar rakyat Libya telah dizalimi oleh NATO.
Poin pentingnya adalah: NATO tidak punya legitimasi untuk mengirim pasukan ke Libya, kalau tidak ada persetujuan PBB. Dan mengapa PBB menyetujui? Salah satu alasannya, karena ada segelintir orang Libya yang berteriak-teriak meminta bantuan internasional karena mengaku telah terjadi PEMBUNUHAN MASSAL di Libya oleh Qaddafi.
Siapa segelintir orang Libya itu, Ustadz? Antum pasti tahu, mereka adalah kelompok yang menyebut diri sedang berjihad. Mereka adalah Al-Qaida Libya.
Cerita selanjutnya, inilah yang tidak banyak diketahui orang. Pasukan Al Qaida Libya kemudian datang ke Suriah, untuk melatih orang-orang lokal Suriah (dan milisi yang berdatangan dari Irak), agar mereka melakukan skenario yang sama dengan Libya. Ini sama sekali bukan teori konspirasi. Datanya valid berdasarkan standar akademis, saya menuliskannya di buku saya Prahara Suriah. Saya sebut salah satu nama, Mahdi al-Harati, tokoh jihad Libya yang kemudian melatih milisi Liwaa al-Tauhid di Suriah.
Ketika Bashar Assad tidak berhasil digulingkan dengan ‘demonstrasi damai’ ala Kairo, pasukan militan yang dilatih milisi Libya pun angkat senjata. Isu yang dipakai sontak berubah. Bila tadinya ‘demokrasi’, kini ‘khilafah Islam’.
Dalam 2-3 kasus pembunuhan massal di suatu wilayah yang dituduhkan kepada Assad (saya sebut ‘dituduhkan’ karena kemudian hasil penyelidikan PBB menunjukkan aksi-aksi sadis itu bukan dilakukan tentara Assad), para milisi inilah yang berteriak mengundang Humanitarian Intervention (agar NATO juga menyerbu Suriah). Tapi selalu gagal. Pertama karena investigasi PBB kali ini lebih hati-hati (tidak seperti kasus Libya, PBB telah melakukan pelanggaran prosedur yang sangat serius – ini sudah diteliti dalam disertasi seorang doktor Hubungan Internasional Unpad).
Kedua, karena opini publik internasional kini lebih waspada. Mereka sudah melihat hasil akhir serangan NATO di Libya. Jadi, mereka tidak lagi mau tertipu skenario yang sama. Tak heran bila banyak demo-demo di negara Barat yang menyeru agar AS dan NATO tidak serang Suriah.
Dan ketiga, adanya veto dari China dan Rusia. Sebabnya, mereka tidak mau rugi dua kali. Di Libya, mereka kehilangan kesempatan untuk mengeruk sumber daya alam karena sudah dikuasai Barat. Baik Libya maupun Suriah, adalah negara kaya minyak dan gas. Negara-negara NATO tidak akan mau meluncurkan perang (yang memakan biaya milyaran dollar), bila tidak ada prospek rampasan perang yang jauh berlipat ganda, yaitu minyak dan gas.
Dari kacamata geopolitik seperti ini, sebenarnya konflik Suriah dan Libya itu sangat mudah dipahami. Tidak lebih dari desain negara-negara kaya untuk menggulingkan rezim yang ‘keras kepala’ dan ‘tidak bisa diatur’, lalu menggantikannya dengan pemerintah boneka yang dengan mudah memberikan konsesi migas kepada Barat.
Tetapi, di sebagian kalangan kaum muslimin, peta yang terang-benderang ini tidak terbaca. Dan efek perang nun jauh di sana, merembet hingga ke Indonesia Mengapa? Karena mereka dibutakan oleh isu sektarian: Qaddafi itu thogut dan kafir, Assad itu Syiah, membantai Sunni; Syiah itu kafir dan sesat; Lihat bagaimana Suriah hancur karena Syiah, karena itu umat Islam di Indonesia harus berjihad melawan Syiah.
Narasi seperti ini begitu masif disebarluaskan, demi kelanjutan Perang Suriah. Ketika milisi-milisi jihad tidak berhasil mengalahkan tentara nasional, narasi ini dimanfaatkan untuk menggalang dana dan pasukan ‘mujahidin’ dari berbagai penjuru negara, termasuk Indonesia. Sejak awal perang pun, ada ribuan pasukan asing yang terlibat, di antaranya milisi Libya dan Irak. Jadi sejak awal, perang Suriah tidak bisa lagi disebut perang antara oposisi melawan rezim; karena yang bergabung dalam oposisi, sebagian besar justru pasukan asing.
Siapakah yang jadi korban terbesar, Ustadz?
Tak lain, kaum Ahlussunnah atau 74% rakyat Suriah. Jumlah penganut Syiah di Suriah hanya 16%, sisanya Kristen, Druze, Yahudi. Dengan komposisi demografi seperti itu, sulit untuk menyebut Syiah menindas Sunni. Dengan cara apa? Dasar negara Suriah pun, tercantum di UUD-nya adalah nasionalis Arab-sosialis. Militer Suriah dan menteri di Kabinet Assad, sebagian besar diisi oleh Ahlussunnah. Jihadis ISIS sekarang tidak lagi sekedar menyasar Syiah, tapi juga Sunni, Kristen, Druze, atau sesama mujahidin tapi beda ‘aliran’. Bahwa sekarang Iran dan Hizbullah (yang kebetulan Syiah) ikut terjun ke Perang Suriah melawan ISIS, sangat layak dianalisis dari sisi geopolitik (jadi, tidak dianalisis dari kacamata kebencian mazhab). Yaitu, demi menghalangi gerakan ISIS agar tidak meluas ke Beirut dan Teheran.
Ustadz Arifin yang saya hormati,
Atas semua kejadian di Libya dan Suriah itu, saya menjadi sangat khawatir dan sedih saat membaca pernyataan Antum menyerukan jihad melawan Syiah. Tak mungkin ustadz semulia Antum yang gencar menyebarkan zikir, ingin negeri ini juga hancur lebur seperti Libya dan Suriah. Saat konflik Suriah, banyak ustadz (tapi kebanyakan tinggal di di luar Suriah) yang menyerukan jihad melawan Syiah. Gejala ini juga muncul di Indonesia. Akhir-akhir ini, betapa maraknya majlis-majlis, spanduk, dan buku anti Syiah di berbagai penjuru negeri ini. Sangat jelas tujuan gerakan ini, yaitu ingin mengeskalasi kebencian publik terhadap Syiah. Proyek anti-Syiah semasif ini, pasti butuh dana sangat besar. Siapakah donaturnya? Antum pasti tahu Ustadz, saya saja tahu siapa.
Lalu, pada 12 Februari 2015, gong pun sudah Antum bunyikan: mari kita jihad melawan Syiah!
Saya mohon, Ustadz, cobalah Antum melihat lagi peta geopolitiknya. Dalam konflik di Libya dan Suriah, ada ulama-ulama yang bertanggung jawab: mereka mengkafirkan Qaddafi, mengkafirkan Assad, lalu menyerukan jihad. Dan yang turun ke lapangan untuk bertempur adalah muslimin yang merasa sedang berjihad melawan sesama muslim (tapi dituduh kafir). Lalu, setelah kaum muslimin saling gontok-gontokan, yang datang mengeruk kekayaan alam adalah korporasi-korporasi transnasional. Tidakkah ini puncak keabsurdan?
Antum adalah ulama, Ustadz. Antum juga seorang ayah. Dan saya adalah seorang ibu rumah tangga. Saya mohon, Antum sejenak membayangkan bila anak-anak kita harus sengsara dan menjadi pengungsi, seperti jutaan anak-anak Suriah (dan Libya) hari ini. Dan ini pun dalam skala kecil sudah terjadi, Ustadz. Ada 300-an orang Syiah, warga Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, yang sejak 2012 hidup di pengungsian hingga hari ini, setelah sebelumnya rumah dan ternak mereka dibakar massa. Tidakkah kasih sayang zikir yang Antum lantunkan, melingkupi mereka, Ustadz?
Ustadz, kenanglah lagi betapa alm. Qaddafi yang Antum cintai telah dihancurkan melalui skenario seperti ini.
Wassalamualaikum ww.
Bandung, 16/2/2015,
Dina Y. Sulaeman
Sumber
Assalamualaikum ww. Perkenalkan, saya Dina Y. Sulaeman, seorang ibu rumah tangga biasa, yang senang belajar dan menulis. Kecintaan saya untuk menuntut ilmu mendorong saya untuk kuliah lagi di program doktor Hubungan Internasional; sama sekali tak ada karir yang menuntut saya untuk itu. Tulisan-tulisan saya selama ini, kelihatannya cukup banyak diapresiasi orang; dalam arti, bukan tulisan ngawur. Bahkan ada tulisan saya yang sempat dimuat di majalah Az-Zikra yang Antum terbitkan, Ustadz.
Hanya saja, sejak saya aktif memberikan penjelasan tentang bagaimana sebenarnya konflik Suriah, saya tiba-tiba dimusuhi oleh kelompok-kelompok radikal pro-jihad Suriah. Dan tiba-tiba saja, seorang ibu rumah tangga seperti saya mendapat ‘kehormatan’ dinobatkan jadi “Tokoh Syiah Indonesia” oleh media-media pro-jihad Suriah, yang pemiliknya adalah teman-teman Antum sendiri, Ustadz. Meskipun isi artikel berjudul Tokoh Syiah itu fitnah, tapi setidaknya tiba-tiba saja ada gelar ‘tokoh’ dilekatkan kepada saya. Siapa tahu gelar ini (meskipun ngawur), membuat saya dianggap sah untuk lancang menyurati seorang tokoh besar seperti Antum.
Ada pesan penting yang ingin saya sampaikan kepada Antum, Ustadz. Tolong, ingatlah lagi kronologi konflik Suriah, dengan mengaitkannya pada konflik Libya. Mengapa? Karena saya tahu, Antum sangat dirugikan oleh konflik Libya. Saya baca berita tahun 2011, bantuan dari Libya untuk yayasan Antum terputus gara-gara perang.
Saya juga beberapa kali menulis tentang Libya. Salah satu pegangan utama saya adalah kata-kata antum di Facebook, Ustadz, yaitu bahwa sesungguhnya Presiden Qaddafi adalah seorang hafiz Quran dan sangat consern pada Islam. Ini yang antum tulis waktu itu Ustadz:
“Alhamdulillah, sudah 3 X ke Libya, & 2 X sholat berjamaah di lapangan Moratania & Lapangan Tripoli sholat berjamaah yg dihadiri 873 ulama seluruh dunia & rakyat Libya, dg Imam langsung Muammar Qoddafy, bacaan panjang hampir 100 ayat AlBaqoroh, sbgn besar jamaah menangis, sebelumnya syahadat 456 muallaf dari suku2 Afrika, & dakwah beliau sll mengingatkan ttg ancaman Zionis & Barat, Pemimpin Arab boneka AS, selamatkan Palestina, Afghan & Irak…inilah kesanku pd almarhum, sahabatku FIllah.”Pernyataan Antum itu mematahkan tuduhan kaum ‘mujahidin’ Libya (yang disebarkan juga oleh media-media pro-jihad di Indonesia) bahwa Qaddafi adalah thoghut, kafir, musuh Islam; dan membuktikan kebohongan gerakan jihad mereka.
Saat konflik Libya baru meletus, data yang bisa saya dapat sangat sedikit, karena terhambatnya arus informasi dari sana (tapi kemudian segalanya menjadi jelas setelah ada jurnalis-jurnalis independen yang nekad masuk ke sana dengan taruhan nyawa). Di awal, saya pakai data-data dari PBB, bahwa HDI dan GDP Libya adalah tertinggi di Afrika (artinya, Libya adalah negara yang sangat-sangat makmur). Kesaksian beberapa orang yang pernah di Libya juga menambah keyakinan saya bahwa data ini sama sekali tidak cocok dengan skenario ‘gelombang demokratisasi’. Terlepas dari keburukan alm. Qaddafi (yang digambarkan media massa Barat, jadi saya tidak tahu pasti benar-tidaknya, Antum yang lebih kenal alm. Qaddafi, Ustadz), fakta tak terbantahkan adalah beliau menggunakan kekayaan alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Bila seluruh rakyat diberi gratis rumah, mobil, kesehatan, sekolah, berpendapatan US$ 14.600 per kapita, untuk apa lagi mereka menuntut Qaddafi mundur? Bahwa ada kelompok oposisi yang sakit hati dan ingin merebut kekuasaan, itu wajar saja. Tapi isu bahwa SELURUH rakyat Libya menghendaki demokrasi (atau berjihad melawan Qaddafi yang ‘kafir’), bahkan mengundang bantuan NATO, jelas omong kosong. Berita foto dan video yang dikirim jurnalis independen, misalnya Nazemroaya dari Kanada, justru menunjukkan demo luar biasa besar di Tripoli, menolak NATO. Tapi tak ada media mainstream yang mau memberitakan kebenaran ini.
Setelah NATO membombardir Libya pada Maret 2011 (dan yang hancur sebagian besar justru infrastruktur dan bangunan sipil), proyek rekonstruksi dan eksplorasi minyak, jatuh ke tangan negara-negara Barat. Bahkan, setelah Barat membekukan dana Libya di bank-bank luar negeri (dan tidak mengembalikannya ke rakyat Libya), Barat pula yang menawarkan hutang kepada pemerintah baru Libya, untuk biaya membangun kembali Libya yang sudah hancur lebur dibom NATO.
Sebagai orang yang sangat erat berhubungan dengan Libya, Antum pasti sepakat dengan saya, bahwa alm. Presiden Qaddafi dan sebagian besar rakyat Libya telah dizalimi oleh NATO.
Poin pentingnya adalah: NATO tidak punya legitimasi untuk mengirim pasukan ke Libya, kalau tidak ada persetujuan PBB. Dan mengapa PBB menyetujui? Salah satu alasannya, karena ada segelintir orang Libya yang berteriak-teriak meminta bantuan internasional karena mengaku telah terjadi PEMBUNUHAN MASSAL di Libya oleh Qaddafi.
Siapa segelintir orang Libya itu, Ustadz? Antum pasti tahu, mereka adalah kelompok yang menyebut diri sedang berjihad. Mereka adalah Al-Qaida Libya.
Cerita selanjutnya, inilah yang tidak banyak diketahui orang. Pasukan Al Qaida Libya kemudian datang ke Suriah, untuk melatih orang-orang lokal Suriah (dan milisi yang berdatangan dari Irak), agar mereka melakukan skenario yang sama dengan Libya. Ini sama sekali bukan teori konspirasi. Datanya valid berdasarkan standar akademis, saya menuliskannya di buku saya Prahara Suriah. Saya sebut salah satu nama, Mahdi al-Harati, tokoh jihad Libya yang kemudian melatih milisi Liwaa al-Tauhid di Suriah.
Ketika Bashar Assad tidak berhasil digulingkan dengan ‘demonstrasi damai’ ala Kairo, pasukan militan yang dilatih milisi Libya pun angkat senjata. Isu yang dipakai sontak berubah. Bila tadinya ‘demokrasi’, kini ‘khilafah Islam’.
Dalam 2-3 kasus pembunuhan massal di suatu wilayah yang dituduhkan kepada Assad (saya sebut ‘dituduhkan’ karena kemudian hasil penyelidikan PBB menunjukkan aksi-aksi sadis itu bukan dilakukan tentara Assad), para milisi inilah yang berteriak mengundang Humanitarian Intervention (agar NATO juga menyerbu Suriah). Tapi selalu gagal. Pertama karena investigasi PBB kali ini lebih hati-hati (tidak seperti kasus Libya, PBB telah melakukan pelanggaran prosedur yang sangat serius – ini sudah diteliti dalam disertasi seorang doktor Hubungan Internasional Unpad).
Kedua, karena opini publik internasional kini lebih waspada. Mereka sudah melihat hasil akhir serangan NATO di Libya. Jadi, mereka tidak lagi mau tertipu skenario yang sama. Tak heran bila banyak demo-demo di negara Barat yang menyeru agar AS dan NATO tidak serang Suriah.
Dan ketiga, adanya veto dari China dan Rusia. Sebabnya, mereka tidak mau rugi dua kali. Di Libya, mereka kehilangan kesempatan untuk mengeruk sumber daya alam karena sudah dikuasai Barat. Baik Libya maupun Suriah, adalah negara kaya minyak dan gas. Negara-negara NATO tidak akan mau meluncurkan perang (yang memakan biaya milyaran dollar), bila tidak ada prospek rampasan perang yang jauh berlipat ganda, yaitu minyak dan gas.
Dari kacamata geopolitik seperti ini, sebenarnya konflik Suriah dan Libya itu sangat mudah dipahami. Tidak lebih dari desain negara-negara kaya untuk menggulingkan rezim yang ‘keras kepala’ dan ‘tidak bisa diatur’, lalu menggantikannya dengan pemerintah boneka yang dengan mudah memberikan konsesi migas kepada Barat.
Tetapi, di sebagian kalangan kaum muslimin, peta yang terang-benderang ini tidak terbaca. Dan efek perang nun jauh di sana, merembet hingga ke Indonesia Mengapa? Karena mereka dibutakan oleh isu sektarian: Qaddafi itu thogut dan kafir, Assad itu Syiah, membantai Sunni; Syiah itu kafir dan sesat; Lihat bagaimana Suriah hancur karena Syiah, karena itu umat Islam di Indonesia harus berjihad melawan Syiah.
Narasi seperti ini begitu masif disebarluaskan, demi kelanjutan Perang Suriah. Ketika milisi-milisi jihad tidak berhasil mengalahkan tentara nasional, narasi ini dimanfaatkan untuk menggalang dana dan pasukan ‘mujahidin’ dari berbagai penjuru negara, termasuk Indonesia. Sejak awal perang pun, ada ribuan pasukan asing yang terlibat, di antaranya milisi Libya dan Irak. Jadi sejak awal, perang Suriah tidak bisa lagi disebut perang antara oposisi melawan rezim; karena yang bergabung dalam oposisi, sebagian besar justru pasukan asing.
Siapakah yang jadi korban terbesar, Ustadz?
Tak lain, kaum Ahlussunnah atau 74% rakyat Suriah. Jumlah penganut Syiah di Suriah hanya 16%, sisanya Kristen, Druze, Yahudi. Dengan komposisi demografi seperti itu, sulit untuk menyebut Syiah menindas Sunni. Dengan cara apa? Dasar negara Suriah pun, tercantum di UUD-nya adalah nasionalis Arab-sosialis. Militer Suriah dan menteri di Kabinet Assad, sebagian besar diisi oleh Ahlussunnah. Jihadis ISIS sekarang tidak lagi sekedar menyasar Syiah, tapi juga Sunni, Kristen, Druze, atau sesama mujahidin tapi beda ‘aliran’. Bahwa sekarang Iran dan Hizbullah (yang kebetulan Syiah) ikut terjun ke Perang Suriah melawan ISIS, sangat layak dianalisis dari sisi geopolitik (jadi, tidak dianalisis dari kacamata kebencian mazhab). Yaitu, demi menghalangi gerakan ISIS agar tidak meluas ke Beirut dan Teheran.
Ustadz Arifin yang saya hormati,
Atas semua kejadian di Libya dan Suriah itu, saya menjadi sangat khawatir dan sedih saat membaca pernyataan Antum menyerukan jihad melawan Syiah. Tak mungkin ustadz semulia Antum yang gencar menyebarkan zikir, ingin negeri ini juga hancur lebur seperti Libya dan Suriah. Saat konflik Suriah, banyak ustadz (tapi kebanyakan tinggal di di luar Suriah) yang menyerukan jihad melawan Syiah. Gejala ini juga muncul di Indonesia. Akhir-akhir ini, betapa maraknya majlis-majlis, spanduk, dan buku anti Syiah di berbagai penjuru negeri ini. Sangat jelas tujuan gerakan ini, yaitu ingin mengeskalasi kebencian publik terhadap Syiah. Proyek anti-Syiah semasif ini, pasti butuh dana sangat besar. Siapakah donaturnya? Antum pasti tahu Ustadz, saya saja tahu siapa.
Lalu, pada 12 Februari 2015, gong pun sudah Antum bunyikan: mari kita jihad melawan Syiah!
Saya mohon, Ustadz, cobalah Antum melihat lagi peta geopolitiknya. Dalam konflik di Libya dan Suriah, ada ulama-ulama yang bertanggung jawab: mereka mengkafirkan Qaddafi, mengkafirkan Assad, lalu menyerukan jihad. Dan yang turun ke lapangan untuk bertempur adalah muslimin yang merasa sedang berjihad melawan sesama muslim (tapi dituduh kafir). Lalu, setelah kaum muslimin saling gontok-gontokan, yang datang mengeruk kekayaan alam adalah korporasi-korporasi transnasional. Tidakkah ini puncak keabsurdan?
Antum adalah ulama, Ustadz. Antum juga seorang ayah. Dan saya adalah seorang ibu rumah tangga. Saya mohon, Antum sejenak membayangkan bila anak-anak kita harus sengsara dan menjadi pengungsi, seperti jutaan anak-anak Suriah (dan Libya) hari ini. Dan ini pun dalam skala kecil sudah terjadi, Ustadz. Ada 300-an orang Syiah, warga Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, yang sejak 2012 hidup di pengungsian hingga hari ini, setelah sebelumnya rumah dan ternak mereka dibakar massa. Tidakkah kasih sayang zikir yang Antum lantunkan, melingkupi mereka, Ustadz?
Ustadz, kenanglah lagi betapa alm. Qaddafi yang Antum cintai telah dihancurkan melalui skenario seperti ini.
Wassalamualaikum ww.
Bandung, 16/2/2015,
Dina Y. Sulaeman
Sumber
Titik Temu Wahabi-NU
Friday, 13 February 2015, 14:00 WIB
Banyak orang terkejut ketika seorang ulama Wahabi mengusulkan agar
kitab-kitab Imam Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama,
diajarkan di pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah Islam di
Indonesia. Hal itu karena selama ini dikesankan bahwa paham Wahabi yang
dianut oleh pemerintah dan mayoritas warga Arab Saudi itu berseberangan
dengan ajaran Nahdlatul Ulama yang merupakan mayoritas umat Islam
Indonesia.
Tampaknya selama ini ada kesalahan informasi tentang Wahabi dan NU. Banyak orang Wahabi yang mendengar informasi tentang NU dari sumber-sumber lain yang bukan karya tulis ulama NU, khususnya Imam Muhammad Hasyim Asy’ari. Sebaliknya, banyak orang NU yang memperoleh informasi tentang Wahabi tidak dari sumber-sumber asli karya tulis ulama-ulama yang menjadi rujukan paham Wahabi.
Akibatnya, sejumlah orang Wahabi hanya melihat sisi negatif NU dan banyak orang NU yang melihat sisi negatif Wahabi. Penilaian seperti ini tentulah tidak objektif, apalagi ada faktor eksternal, seperti yang tertulis dalam Protokol Zionisme No 7 bahwa kaum Zionis akan berupaya untuk menciptakan konflik dan kekacauan di seluruh dunia dengan mengobarkan permusuhan dan pertentangan.
Untuk menilai paham Wahabi, kita haruslah membaca kitab-kitab yang menjadi rujukan paham Wahabi, seperti kitab-kitab karya Imam Ibnu Taymiyyah, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dan termasuk kitab-kitab karya Syekh Muhammad bin Abdul Wahab yang kepadanya paham Wahabi itu dinisbatkan. Sementara untuk mengetahui paham keagamaan Nahdlatul Ulama, kita harus membaca, khususnya kitab-kitab karya Imam Muhammad Hasyim Asy'ari yang mendirikan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Kami telah mencoba menelaah kitab-kitab karya Imam Muhammad Hasyim Asy’ari dan membandingkannya dengan kitab-kitab karya Imam Ibnu Taymiyyah dan lain-lain. Kemudian, kami berkesimpulan bahwa lebih dari 20 poin persamaan ajaran antara Imam Muhammad Hasyim Asy’ari dan imam Ibnu Taymiyyah. Bahkan, seorang kawan yang bukan warga NU, alumnus Universitas Islam Madinah, mengatakan kepada kami, lebih kurang 90 persen ajaran Nahdlatul Ulama itu sama dengan ajaran Wahabi.
Kesamaan ajaran Wahabi dan NU itu justru dalam hal-hal yang selama ini dikesankan sebagai sesuatu yang bertolak belakang antara Wahabi dan NU. Orang yang tidak mengetahui ajaran Wahabi dari sumber-sumber asli Wahabi, maka ia tentu akan terkejut. Namun, bagi orang yang mengetahui Wahabi dari sumber-sumber asli Wahabi, mereka justru akan mengatakan, "Itulah persamaan antara Wahabi dan NU, mengapa kedua kelompok ini selalu dibenturkan?"
Di antara titik-titik temu antara ajaran Wahabi dan NU yang jumlahnya puluhan, bahkan ratusan itu adalah sebagai berikut. Pertama, sumber syariat Islam, baik menurut Wahabi maupun NU, adalah Alquran, hadis, ijma, dan qiyas. Hadis yang dipakai oleh keduanya adalah hadis yang sahih kendati hadis itu hadis ahad, bukan mutawatir. Karenanya, baik Wahabi maupun NU, memercayai adanya siksa kubur, syafaat Nabi dan orang saleh pada hari kiamat nanti, dan lain sebagainya karena hal itu terdapat dalam hadis-hadis sahih.
Kedua, sebagai konsekuensi menjadikan ijma sebagai sumber syariat Islam, baik Wahabi maupun NU, shalat Jumat dengan dua kali azan dan shalat Tarawih 20 rakaat. Selama tinggal di Arab Saudi (1976-1985), kami tidak menemukan shalat Jumat di masjid-masjid Saudi kecuali azannya dua kali, dan kami tidak menemukan shalat Tarawih di Saudi di luar 20 rakaat. Ketika kami coba memancing pendapat ulama Saudi tentang pendapat yang mengatakan bahwa Tarawih 20 rakaat itu sama dengan shalat Zhuhur lima rakaat, ia justru menyerang balik kami, katanya, "Bagaimana mungkin shalat Tarawih 20 rakaat itu tidak benar, sementara dalam hadis yang sahih para sahabat shalat Tarawih 20 rakaat dan tidak ada satu pun yang membantah hal itu." Inilah ijma para sahabat.
Ketiga, dalam beragama, baik Wahabi maupun NU, menganut satu mazhab dari mazhab fikih yang empat. Wahabi bermazhab Hanbali dan NU bermazhab salah satu dari mazhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Baik Wahabi (Imam Ibnu Taymiyyah) maupun NU (Imam Muhammad Hasyim Asy’ari), sama-sama berpendapat bahwa bertawasul (berdoa dengan menyebut nama Nabi Muhammad SAW atau orang saleh) itu dibenarkan dan bukan syirik.
Kendati demikian, Imam Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya, al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin, mensyaratkan bahwa dalam berdoa dengan tawasul menyebut nama Nabi Muhammad SAW atau orang saleh, kita tetap harus yakin bahwa yang mengabulkan doa kita adalah Allah SWT, bukan orang yang namanya kita sebut dalam tawasul itu. Wahabi dan NU sama-sama memercayai adanya karamah para wali (karamat al-awliya) tanpa mengultuskan mereka.
Memang ada perbedaan antara Wahabi dan NU atau antara Imam Ibnu Taymiyyah dan Imam Muhammad Hasyim Asy’ari. Namun, perbedaan itu sifatnya tidak prinsip dan hal itu sudah terjadi sebelum lahirnya Wahabi dan NU.
Dalam praktiknya, baik Wahabi maupun NU, tidak pernah mempermasalahkan keduanya. Banyak anak NU yang belajar di Saudi yang notabenenya adalah Wahabi. Bahkan, banyak jamaah haji warga NU yang shalat di belakang imam yang Wahabi, dan ternyata hal itu tidak menjadi masalah. Wahabi dan NU adalah dua keluarga besar dari umat Islam di dunia yang harus saling mendukung. Karenanya, membenturkan antara keduanya sama saja kita menjadi relawan gratis Zionis untuk melaksanakan agenda Zionisme, seperti tertulis dalam Protokol Zionisme di atas. Wallahu al-muwaffiq. n
Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub
Imam Besar Masjid Istiqlal
Tampaknya selama ini ada kesalahan informasi tentang Wahabi dan NU. Banyak orang Wahabi yang mendengar informasi tentang NU dari sumber-sumber lain yang bukan karya tulis ulama NU, khususnya Imam Muhammad Hasyim Asy’ari. Sebaliknya, banyak orang NU yang memperoleh informasi tentang Wahabi tidak dari sumber-sumber asli karya tulis ulama-ulama yang menjadi rujukan paham Wahabi.
Akibatnya, sejumlah orang Wahabi hanya melihat sisi negatif NU dan banyak orang NU yang melihat sisi negatif Wahabi. Penilaian seperti ini tentulah tidak objektif, apalagi ada faktor eksternal, seperti yang tertulis dalam Protokol Zionisme No 7 bahwa kaum Zionis akan berupaya untuk menciptakan konflik dan kekacauan di seluruh dunia dengan mengobarkan permusuhan dan pertentangan.
Untuk menilai paham Wahabi, kita haruslah membaca kitab-kitab yang menjadi rujukan paham Wahabi, seperti kitab-kitab karya Imam Ibnu Taymiyyah, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dan termasuk kitab-kitab karya Syekh Muhammad bin Abdul Wahab yang kepadanya paham Wahabi itu dinisbatkan. Sementara untuk mengetahui paham keagamaan Nahdlatul Ulama, kita harus membaca, khususnya kitab-kitab karya Imam Muhammad Hasyim Asy'ari yang mendirikan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Kami telah mencoba menelaah kitab-kitab karya Imam Muhammad Hasyim Asy’ari dan membandingkannya dengan kitab-kitab karya Imam Ibnu Taymiyyah dan lain-lain. Kemudian, kami berkesimpulan bahwa lebih dari 20 poin persamaan ajaran antara Imam Muhammad Hasyim Asy’ari dan imam Ibnu Taymiyyah. Bahkan, seorang kawan yang bukan warga NU, alumnus Universitas Islam Madinah, mengatakan kepada kami, lebih kurang 90 persen ajaran Nahdlatul Ulama itu sama dengan ajaran Wahabi.
Kesamaan ajaran Wahabi dan NU itu justru dalam hal-hal yang selama ini dikesankan sebagai sesuatu yang bertolak belakang antara Wahabi dan NU. Orang yang tidak mengetahui ajaran Wahabi dari sumber-sumber asli Wahabi, maka ia tentu akan terkejut. Namun, bagi orang yang mengetahui Wahabi dari sumber-sumber asli Wahabi, mereka justru akan mengatakan, "Itulah persamaan antara Wahabi dan NU, mengapa kedua kelompok ini selalu dibenturkan?"
Di antara titik-titik temu antara ajaran Wahabi dan NU yang jumlahnya puluhan, bahkan ratusan itu adalah sebagai berikut. Pertama, sumber syariat Islam, baik menurut Wahabi maupun NU, adalah Alquran, hadis, ijma, dan qiyas. Hadis yang dipakai oleh keduanya adalah hadis yang sahih kendati hadis itu hadis ahad, bukan mutawatir. Karenanya, baik Wahabi maupun NU, memercayai adanya siksa kubur, syafaat Nabi dan orang saleh pada hari kiamat nanti, dan lain sebagainya karena hal itu terdapat dalam hadis-hadis sahih.
Kedua, sebagai konsekuensi menjadikan ijma sebagai sumber syariat Islam, baik Wahabi maupun NU, shalat Jumat dengan dua kali azan dan shalat Tarawih 20 rakaat. Selama tinggal di Arab Saudi (1976-1985), kami tidak menemukan shalat Jumat di masjid-masjid Saudi kecuali azannya dua kali, dan kami tidak menemukan shalat Tarawih di Saudi di luar 20 rakaat. Ketika kami coba memancing pendapat ulama Saudi tentang pendapat yang mengatakan bahwa Tarawih 20 rakaat itu sama dengan shalat Zhuhur lima rakaat, ia justru menyerang balik kami, katanya, "Bagaimana mungkin shalat Tarawih 20 rakaat itu tidak benar, sementara dalam hadis yang sahih para sahabat shalat Tarawih 20 rakaat dan tidak ada satu pun yang membantah hal itu." Inilah ijma para sahabat.
Ketiga, dalam beragama, baik Wahabi maupun NU, menganut satu mazhab dari mazhab fikih yang empat. Wahabi bermazhab Hanbali dan NU bermazhab salah satu dari mazhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Baik Wahabi (Imam Ibnu Taymiyyah) maupun NU (Imam Muhammad Hasyim Asy’ari), sama-sama berpendapat bahwa bertawasul (berdoa dengan menyebut nama Nabi Muhammad SAW atau orang saleh) itu dibenarkan dan bukan syirik.
Kendati demikian, Imam Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya, al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin, mensyaratkan bahwa dalam berdoa dengan tawasul menyebut nama Nabi Muhammad SAW atau orang saleh, kita tetap harus yakin bahwa yang mengabulkan doa kita adalah Allah SWT, bukan orang yang namanya kita sebut dalam tawasul itu. Wahabi dan NU sama-sama memercayai adanya karamah para wali (karamat al-awliya) tanpa mengultuskan mereka.
Memang ada perbedaan antara Wahabi dan NU atau antara Imam Ibnu Taymiyyah dan Imam Muhammad Hasyim Asy’ari. Namun, perbedaan itu sifatnya tidak prinsip dan hal itu sudah terjadi sebelum lahirnya Wahabi dan NU.
Dalam praktiknya, baik Wahabi maupun NU, tidak pernah mempermasalahkan keduanya. Banyak anak NU yang belajar di Saudi yang notabenenya adalah Wahabi. Bahkan, banyak jamaah haji warga NU yang shalat di belakang imam yang Wahabi, dan ternyata hal itu tidak menjadi masalah. Wahabi dan NU adalah dua keluarga besar dari umat Islam di dunia yang harus saling mendukung. Karenanya, membenturkan antara keduanya sama saja kita menjadi relawan gratis Zionis untuk melaksanakan agenda Zionisme, seperti tertulis dalam Protokol Zionisme di atas. Wallahu al-muwaffiq. n
Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub
Imam Besar Masjid Istiqlal
Sumber: Republika
Subscribe to:
Posts (Atom)