Semarang, NU Online
KH Mustofa Bisri menyayangkan masyarakat yang masih membuat dikotomi
pendidikan Islam dan umum. Sejarah Islam menunjukkan bahwa agama dan
pendidikan berjalan seiring dan tidak terpisahkan.
Kiai yang
akrab disapa Gus Mus ini menilai bahwa pemahaman masyarakat tentang
dikotomi pendidikan umum dan agama itu terjadi karena faktor
sejarah. “Belanda yang membikin bangsa ini mempunyai pandangan
dikotomi agama dan umum,” tegasnya pada sarasehan yang digelar Yayasan
Pendidikan Nasima, Semarang, Jawa Tengah, Ahad (16/2).
Karena
dikotomi itu maka produk pendidikan yang dihasilkan juga tidak lengkap.
Ada yang hanya pintar di agama, namun pengetahuan umumnya terbatas. Ada
juga yang pintar dalam hal umum tapi akhlaknya dipertanyakan.
“Pemimpin-pemimpin sekarang adalah produk pendidikan yang ada. Banyak
pemimpin yang pintar tapi tidak terdidik,” ungkap Gus Mus
Gus
Mus juga menyayangkan hilangnya mata pelajaran budi pekerti dalam mata
pelajaran di sekolah. “Dulu zaman saya di SR masih ada pelajaran budi
pekerti. Sekarang ini mana? Paling di hanya TK atau PAUD. SD ke sana
nggak ada lagi,” katanya.
Kiai yang mengemban jabatan Rais Aam
PBNU setelah KH Sahal Mahfudh wafat ini menambahkan, ada ustad ngidaki
sirahe tukang speaker. Ini nggak nyambung antara pengajaran dan
pendidikan. “Ini contoh jelas kelakuan yang tidak terdidik dan tidak
berakhlak sama sekali. Saya setuju sama Kiai Ma’ruf Amin agar dia
dilarang tampil,” tegas Gus Mus.
Tak lupa Gus Mus juga
menjelaskan bahwa pengajaran adalah proses transformasi ilmu, sedangkan
pendidikan adalah transformasi nilai. Keduanya harus seiring dan sejalan
dalam proses pendidikan di sekolah. Jika tidak sejalan maka akan
melahirkan orang pinter tapi minteri, dan orang pintar yang tidak punya
hati nurani.
Yusuf Nafi yang juga pendiri Sekolah Nasima
menyampaikan konsep pendidikan karakter di Sekolah Nasima. Menurut Yusuf
pendidikan yang dilaksanakan oleh Nasima adalah pendidikan yang
dipikirkan oleh pendahulu NU.
Walaupun begitu bukan pendidikan
di Nasima hanya menitikberatkan pendidikan agama, namun juga
menanamkan nilai-nilai nasionalisme dalam diri peserta didik. Visi misi
Nasima dijiwai Pancasila yang diimplementasikan dalam proses
pembelajaran akademis dan proses pembelajaran karakter.
Dari
proses inilah diharapkan akan lahir lokomotif-lokomotif baru menuju
Indonesia Raya, atau dalam istilah Nasima anak saleh dan salihah yang
siap mengarungi zamannya. “Insya Allah kami mendidik anak-anak bangsa
dengan karakter Indonesia, dengan Islam yang juga Islam Indonesia,”
ungkapnya berapi-api.
Sarasehan yang digelar di Kampus SD
Nasima Jl. Puspanjolo 53 Semarang itu dihadiri empat ratusan peserta
yang terdiri dari guru dan karyawan YPI Nasima serta insan pendidikan
kota Semarang. Hadir juga dalam kegiatan tersebut Sekda Kota Semarang,
dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bunyamin.
Sarasehan
Pendidikan dan Kebangsaan digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang
Tahun Ke 20 Sekolah Nasima. Selain Gus Mus narasumber pada kesempatan
itu, Prie GS.
No comments:
Post a Comment