Penyematan gelar “haji” di Indonesia kepada warga yang telah
menunaikan ibadah haji menjadi hal yang sangat lazim. Fenomena ini
berlangsung secara turun-temurun sejak lama dan menyatu dalam kehidupan
masyarakat kebanyakan sebagai sesuatu yang lumrah.
Sejauh kisah
tentang ibadah haji pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat, tak
sekali pun mengisyaratkan penahbisan gelar “haji” kepada yang
bersangkutan. Darimana budaya pemberian gelar tersebut berasal?
“Gelar
Haji yang hanya berlaku di kalangan bangsa kita ini sejatinya merupakan
bentuk identifikasi orang Belanda saja,” terang Joko Prihatmoko,
peneliti muda NU, di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Senin (12/5), di Kudus,
Jawa Tengah.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian dan
Pemberdayaan Indonesia (LPPI) ini, ibadah haji menyebabkan para
pelaksananya mempunyai nyali untuk memberontak pada kolonial Belanda.
Kerenanya, setiap warga pribumi yang pulang dari Makkah kemudian
diwaspadai. Salah satu bentuk kewaspadaan itu dengan mengidentifikasi
mereka.
“Belanda mengidentifikasi dengan gelar tersebut, bahwa
orang yang datang lagi ke Indonesia setelah pergi haji, maka dipastikan
akan melawan Belanda. Hal ini bisa dilacak dari para pejuang yang
ternyata memang banyak bergelar Haji, seperti H. Hasyim Asy’ari, H. Agus
Salim, H. Ahmad Dahlan, dan yang lain,” tegasnya. (Istahiyyah/Mahbib)
No comments:
Post a Comment