Pages

Sunday, February 13, 2011

KEDUDUKAN AKAL DALAM ISLAM

I
Barangkali tidak agama yang sangat menghormati akal dan memosisikannya sedemikian luhur, selain Islam. Dalam Islam, akal adalah entitas yang memungkinkan terma "kewajiban" dan "pertanggungjawaban" manusia menjadi sesuatu yang dapat dibicarakan (manath at-taklif wal-mas'uliyyah). Dengan akal pulalah manisia dapat mengenal Tuhannya dan dapat mengeksplorasi keajaiban-keajaiban alam sehingga timbul kesadaran dan pengakuan akan keagungan Sang Pencipta Alam Semesta. Ketika Al-Qur'an berbicara kepada manusia, seringkali ia berbicara kepada akalnya dan mendorong manusia--dengan akalnya itu--untuk mengamati dan mempelajari alam semesta, guna mewujudkan kesejahteraan umat manusia baik secara materiil maupun spirituil, sesuai dengan fungsi kekhalifahan yang diembannya. Dengan demikian, akal tidaklah bertentangan dengan Islam, sebagaimana Islam tak akan pernah bertentangan dengan pemikiran yang logis atau kebenaran-kebenaran ilmiah.

II
Islam adalah agama yang sangat menganjurkan pemberdayaan akal. Karena begitu pentingnya pendayagunaan akal, Islam mengecam mereka yang mengabaikan akal sebagai daya terbesar untuk mencapai pengetahuan. Oleh karenanya, dalam perspektif Al-Qur'an, manusia yang mengabaikan akal pikiran sama artinya dengan menghilangkan esensi kemanusiaan dari dirinya. Allah swt. berfirman:

لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
   
       Jika demikian halnya, sangat wajar bila Al-Qur'an menganggap tindakan pengabaian akal pikiran sebagai tindakan berdosa. Karena itu, Al-Qur'an menyatakan bahwa orang-orang kafir akan berkata di Hari Kiamat nanti:

 وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".

III
Islam menggugah perhatian manusia bahwa alam raya ini diciptakan oleh Allah untuk kepentingan umat manusia. Karena itu merupakan kewajiban bagi manusia untuk memfungsikan dan memberdayakan akalnya agar terwujud kesejahteraan umat manusia dan kemakmuran bumi mereka yang mereka huni. Dalam hal ini, Allah swt. berfirman:

هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.

      Dan firman-Nya lagi:
هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
        
       Jelas dari ayat-ayat di atas, dalam pandangan Al-Qur'an, alam raya adalah wahana dan fenomena yang sangat luas bagi akal manusia untuk melakukan kajian dan eksplorasi atasnya.Karenanya, pendayagunaan akal dan upaya-upaya pemikiran tidak boleh dibatasi sepanjang dilakukan untuk kemaslahatan manusia. Islam adalah agama yang sangat mendukung setiap upaya yang dapat memberikan kemanfaatan bagi umat manusia.

IV
Teks-teks keagamaan dalam Islam, baik yang menyangkut akidah maupun syariah, memiliki kekuatan mengikat bagi pemeluknya. Tatapi dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan keduniaan, manusia diberikan kebebasan untuk mewujudkan inovasi-inovasi baru. Inilah salah satu isyarat Rasulullah saw. dalam sabda beliau, "Kalian lebih mengerti tentang urusan-urusan dunia kalian." Dengan demikian, kebebasan berpikir dan upaya-upaya pengembangan dan penelitian sains dan ilmu pengetahuan mendapatkan jaminan dan tempat yang sangat terhormat dalam Islam.
       Memang, setiap agama---termasuk Islam---memiliki hal-hal yang bersifat sakral dan suci  yang harus dijunjung tinggi dan tak boleh dilecehkan. Oleh karenanya, dalam Islam, mempermainkan kesakralan atau kesucian agama---terutama mempermainkan  dan melecehkan teks-teks keagamaan yang bersifat pasti (qath'iy); seperti keotentikan wahyu Al-Qur'an dan hadits-hadits sahih---merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan. Selain berdosa, mempermainkan dan melecehkan nilai-nilai sakral suatu agama---yang sering dikemas dengan dalih kebebasan berpikir---sebenarnya merupakan suatu tindakan yang dapat mengganggu ketertiban umum. Adapun di luar itu, alam semesta---bumi dan langit beserta isinya---merupakan fenomena dan wahana tak terbatas bagi akal dan pikiran manusia untuk selalu melakuan eksplorasi dan membuat inovasi-inovasi baru.[]

Sumber: lenterahati.com

No comments:

Post a Comment