Pages

Monday, February 21, 2011

Mengedepankan Budaya Hijau

Budaya Indonesia


Menyelamatkan Masa Depan Dunia Hari Ini
Para penggiat lingkungan hidup telah lama menyadari bahwa kebijakan pelestarian lingkungan dapat berlangsung dengan baik bila melibatkan masyarakat lokal dan melindungi kepentingan mereka. Itulah sebabnya, pengelolaan linglungan berbasis masyarakat adat (community based environment management) kini semakin ditingkatkan. Penyelamatan kupu-kupu di Bantimurung, Sulawesi Selatan, atau upaya pelestarian biota laut di perairan Maluku dan sekitarnya, adalah dua contoh bagaimana masyarakat adat menjadi pelaku utama pelestarian lingkungan yang berjalan dengan efektif.


Dibandingkan dengan program pelestarian lingkungan tanpa menyertakan partisipasi masyarakat, maka pola pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat adat memiliki keunggulan dalam hal tingkat pemahaman masyarakat terhadap kebiasaan, kebutuhan dan kawasan dimana mereka berada. Dengan demikian, upaya pelestarian dapat dijalankan tanpa harusmengorbankan kepentingan masyarakat, bahkan sebaliknya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.






Mengelola Penggunaan Air dengan Bijak 
 
Subak adalah tradisi pengelolaan air secara bijak yang telah hidup selama berabad-abad di masyarakat Bali. Dalam sistem pengairan sawah bersendikan adat istiadat tersebut, air dibagi secara adil dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
Tips:
Untuk turut menyelamatkan air tanah, buatlah Lubang Biopori di pekarangan Anda. Cukup dengan membuat lubang berdiameter 10cm sedalam 1 meter yang diisi sampah organik.









Menjaga Kelangsungan Kehidupan Laut













Sebagai pertemuan dua samudra, perairan di Indonesia sangat kaya dengan keragaman biota. Masyarakat Maluku memiliki adat Sasi Laut yang antara lain mengatur jadwal pengangkapan ikan, menjada kehidupan laut dari kepunahan karena eksploitasi berlebihan.
Tips:
Untuk mengurangi kadar polutan dalam limbah rumah tangga Anda, ganti deterjen dan sabun di rumah Anda dengan produk yang ramah lingkungan.











Memelihara Kesuburan Tanah













Masyarakat Kampung Naga memiliki falsafah hidup yang selaras dengan alam. Mereka menjaga daya dukung tanah dengan cara tidak mengeksploitasi tumbuhan di atasnya secara berlebihan, dan membiarkan beberapa bagian hutan tidak tersentuh sama sekali sehingga terjaga keasriannya.
Tips:
Kurangi penggunaan plastik, styrofoam, atau bahan lain yang sulit terdegradasi atau membusuk.









  

Menyelamatkan Kerajaan Kupu-Kupu

















Karena banyaknya keragaman spesies dan populasi kupu-kupu, Taman Nasional Bantimurung dijuluki sebagai "Kerajaan Kupu-Kupu". Sayangnya, dewasa ini hanya tersisa sekitar 80 spesies di kawasan seluas 18 hektar tersebut. Karenanya, masyarakat sekitar taman nasional secara bersama-sama membangun pusat penangkaran kupu-kupu, dimana sebagian kupu-kupu tersebut akan dilepaskan kembali ke alam.
Tips:
Jangan menggunakan produk yang berasal dari hewan langka atau yang dilindungi.











Menyelaraskan Hidup dengan Alam
















Sabulungan, yang berarti seikat daun, adalah kepercayaan masyarakat Mentawai yang meyakini segala sesuatu di alam adalah Ciptaan Tuhan. Oleh sebab itu manusia harus menjaga keselarasan dengan alam, misalnya setiap kali menebang pohon sagu untuk bahan pangan, mereka akan segera menanam pohon sagu baru untuk penggantinya.
Tips:
 Bila harus menggunakan pendingin ruangan, pilih ukuran yang sesuai dengan ruang dan rawat secara teratur.














Menjadi Sahabat bagi Hutan













Suku Dayak di Kalimantan adalah sahabat dan penjaga hutan hujan tropis, kawasan hijau yang berfungsi sebagai "paru-paru dunia". Menurut adat Dayak, setiap keluarga hanya diizinkan menebang 30 pohon dalam setahun, dan hutan adat yang dilindungi sama sekali tidak boleh disentuh.
Tips:
Tanaman rambat pada pergola atau dinding dapat mengurangi panas di dalam rumah sehingga mengurangi konsumsi listrik untuk pendingin ruangan.











sumber: Tanamkan budaya hijau, untuk Indonesia Untuk Dunia

No comments:

Post a Comment