Pages

Friday, February 21, 2014

Gus Mus: Banyak Pemimpin Pintar, Tapi Tidak Terdidik

Semarang, NU Online
KH Mustofa Bisri menyayangkan masyarakat yang masih membuat dikotomi pendidikan Islam dan umum. Sejarah Islam menunjukkan bahwa agama dan pendidikan berjalan seiring dan tidak terpisahkan.

Kiai yang akrab disapa Gus Mus ini menilai bahwa pemahaman masyarakat tentang dikotomi pendidikan umum dan agama itu terjadi karena faktor sejarah. “Belanda yang membikin bangsa ini mempunyai pandangan dikotomi agama dan umum,” tegasnya pada sarasehan yang digelar Yayasan Pendidikan Nasima, Semarang, Jawa Tengah, Ahad (16/2).

Karena dikotomi itu maka produk pendidikan yang dihasilkan juga tidak lengkap. Ada yang hanya pintar di agama, namun pengetahuan umumnya terbatas. Ada juga yang pintar dalam hal umum tapi akhlaknya dipertanyakan. “Pemimpin-pemimpin sekarang adalah produk pendidikan yang ada. Banyak pemimpin yang pintar tapi tidak terdidik,” ungkap Gus Mus

Gus Mus juga menyayangkan hilangnya mata pelajaran budi pekerti dalam mata pelajaran di sekolah. “Dulu zaman saya di SR masih ada pelajaran budi pekerti. Sekarang ini mana? Paling di hanya TK atau PAUD. SD ke sana nggak ada lagi,” katanya.

Kiai yang mengemban jabatan Rais Aam PBNU setelah KH Sahal Mahfudh wafat ini menambahkan, ada ustad ngidaki sirahe tukang speaker. Ini nggak nyambung antara pengajaran dan pendidikan. “Ini contoh jelas kelakuan yang tidak terdidik dan tidak berakhlak sama sekali. Saya setuju sama Kiai Ma’ruf Amin agar dia dilarang tampil,” tegas Gus Mus.

Tak lupa Gus Mus juga menjelaskan bahwa pengajaran adalah proses transformasi ilmu, sedangkan pendidikan adalah transformasi nilai. Keduanya harus seiring dan sejalan dalam proses pendidikan di sekolah. Jika tidak sejalan maka akan melahirkan orang pinter tapi minteri, dan orang pintar yang tidak punya hati nurani.

Yusuf Nafi yang juga pendiri Sekolah Nasima menyampaikan konsep pendidikan karakter di Sekolah Nasima. Menurut Yusuf pendidikan yang dilaksanakan oleh Nasima adalah pendidikan yang dipikirkan oleh pendahulu NU.

Walaupun begitu bukan pendidikan di Nasima hanya menitikberatkan pendidikan agama, namun juga menanamkan nilai-nilai nasionalisme dalam diri peserta didik. Visi misi Nasima dijiwai Pancasila yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran akademis dan proses pembelajaran karakter.

Dari proses inilah diharapkan akan lahir lokomotif-lokomotif baru menuju Indonesia Raya, atau dalam istilah Nasima anak saleh dan salihah yang siap mengarungi zamannya. “Insya Allah kami mendidik anak-anak bangsa dengan karakter Indonesia, dengan Islam yang juga Islam Indonesia,” ungkapnya berapi-api.

Sarasehan yang digelar di Kampus SD Nasima Jl. Puspanjolo 53 Semarang itu dihadiri empat ratusan peserta yang terdiri dari guru dan karyawan YPI Nasima serta insan pendidikan kota Semarang. Hadir juga dalam kegiatan tersebut Sekda Kota Semarang, dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bunyamin.

Sarasehan Pendidikan dan Kebangsaan digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ke 20 Sekolah Nasima. Selain Gus Mus narasumber pada kesempatan itu, Prie GS.

No comments:

Post a Comment