Oleh : Ustadz Husin Nabil bin Najib Assegaf
Seorang murid berjalan menuju rumah
syaikhnya. Tampak di wajahnya sedang menginginkan sesuatu. Ketika sampai
di rumah syaikhnya, dia duduk bersimpuh beradab di hadapan sang syaikh
tak bergeming sedikitpun. Kemudian dengan wajah dan suara yang berwibawa
itu, bertanyalah syaikh kepada muridnya,
“Apakah yang membuatmu datang kepadaku di tengah malam begini?” Dijawabnya dengan suara yang halus,
“Wahai syaikh, sudah lama aku ingin melihat wajah Nabiku SAW walau hanya lewat mimpi, tetapi keinginanku belum terkabul juga.”
“Ooh…itu rupanya yang kau inginkan. Tunggu sebentar,” jawab syaikh.
Dia mengeluarkan pena, kemudian menuliskan sesuatu untuk muridnya.
“Ini…bacalah setiap hari sebanyak seribu kali. Insya Allah kau akan bertemu dengan Nabimu.”
Pulanglah
murid membawa catatan dari sang syaikh dengan penuh harapan ia akan
bertemu dengan Nabi SAW. Tetapi setelah beberapa minggu kembalilah murid
ke rumah syaikhnya memberitahukan bahwa bacaan yang diberikannya tidak
berpengaruh apa-apa. Kemudian syaikh memberikan bacaan baru untuk
dicobanya lagi. Sayangnya beberapa minggu setelah itu muridnya kembali
lagi memberitahukan kejadian yang sama.
Setelah berdiam beberapa saat, berkatalah sang syaikh,
“Nanti malam engkau datang ke rumahku untuk aku undang makan malam.”
Sang murid
menyetujui permintaan syaikhnya dengan penuh keheranan. Dia ingin
bertemu Nabi, tetapi kenapa diundang makan malam. Karena dia termasuk
murid yang taat, dipenuhinyalah permintaan syaikhnya itu. Datanglah ia
ke rumah syaikhnya untuk menikmati hidangan malamnya. Tenyata syaikh
hanya menghidangkan ikan asin saja dan memerintahkan muridnya untuk
menghabiskannya.
“Makan, makanlah semua dan jangan biarkan tersisa sedikitpun!”
Maka sang
muridpun menghabiskan seluruh ikan asin yang ada. Setelah itu ia merasa
kehausan karena memang ikan asin membuat orang haus. Tetapi ketika ingin
meneguk air yang ada di depan matanya, sang syaikh melarangnya,
“Kau tidak boleh meminum air itu hingga esok pagi, dan malam ini kau akan tidur di rumahku!” kata sang syaikh.
Dengan penuh
keheranan diturutinya perintah syaikh tadi. Tetapi di malam hari ia
susah untuk tidur karena kehausan. Ia membolak-balikkan badannya, hingga
akhirnya tertidur karena kelelahan. Tetapi apa yang terjadi?. Ia
bermimpi bertemu syaikhnya membawakan satu ember air dingin lalu
mengguyurkan ke badannya. Kemudian terjagalah ia karena mimpi itu
seakan-akan benar-benar terjadi pada dirinya. Kemudian ia mendapati
syaikhnya telah berdiri di hadapannya dan berkata,
“Apa yang kau mimpikan?”
Dijawab olehnya, “Syaikh, aku tidak bermimpi Nabiku SAW. Aku memimpikanmu membawa air dingin lalu mengguyurkan ke badanku.”
Tersenyumlah sang syaikh karena jawaban muridnya. Kemudian dengan bijaksana ia berkata,
“Jika cintamu pada Nabi seperti cintamu pada air dingin itu, kau akan bermimpi Nabimu SAW.”
Menangislah
sang murid dan menyadari bahwa di dalam dirinya belum ada rasa cinta
kepada Nabi. Ia masih lebih mencintai dunia daripada Nabi. Ia masih
meninggalkan sunnah-sunnahnya. Ia masih menyakiti hati umat Nabi. Ia
masih…masih…masih…..
“Ooh berapa
banyak tenaga yang harus aku keluarkan untuk bertemu Nabiku. Aku sadari
Nabiku bukan sesuatu yang murah dan mudah untuk dipetik atau dibeli
dengan uang. Aku hanya berharap semoga Nabiku mendengar keluhan yang
keluar dari hatiku ini dan menjemputku walau di dalam mimpi.”
Allahumma Sholli Wasallim Wabarik 'alaih
Sumber : Oleh Ustadz Husin Nabil bin Najib Assegaf.
No comments:
Post a Comment