“Demi waktu subuh”, begitulah
Allah Swt bersumpah dalam Al-Quran. Subuh tatkala fajar menyingsing dan
matahari bersiap-siap menampakkan dirinya merupakan waktu yang penuh
dengan keberkahan. Udara segar, langit kemerahan, pikiran yang cerah
merupakan kenikmatan tersendiri di setiap waktu subuh.
Namun tak teruntuk subuh itu. Ketika muadzin mengumandangkan adzan,
dengan berbondong-bondong para shahabat dan sebagian tabi’in memenuhi
masjid. Mereka berlomba-lomba menempati barisan yang paling depan. Dan
ketika dua shaf penuh dengan jama’ah, salat pun dimulai.
Sang Amirul Mukminin dengan suaranya yang berwibawa membaca Surat Al-fatihah dengan penuh khusyu’. Kemudian dilanjutkan dengan Surat An-Nahl atau Yusuf.
Namun tak sampai ia menamatkan bacaannya, beberapa tusukan tajam
mengenai perutnya. Ia tak kuasa menahan sakit kucuran darahnya, ia
terjatuh dan mengisyaratkan sahabat Abdur Rahman bin Auf R.A. untuk
menggantikan posisinya. Lalu sahabat Abdur Rahman bin Auf mengimami
dengan salat yang ringan. Surat Al-Kautsar rakaat pertama dan An-Nashr
rakaat kedua. Para jama’ah yang berada di shaf bagian depan mengetahui
apa yang terjadi, sedang mereka yang di belakang mengucap Subhanallah
mengira sang imam lupa akan bacaannya.
Ketika salat telah rampung diselesaikan, Sang Amirul Mukminin bertanya
kepada shahabat Abdulloh Ibnu Abbas perihal siapa yang menikamnya, Ibnu
Abbas menjawab “Anak Mughiroh”, yang berkinayah Abu lukluah Al-Majusi laknatullohi alaih.
Para shahabat dan tabi’in tak pernah merasakan sebuah musibah di kala
subuh kecuali waktu itu. Sebagian dari mereka beranggapan sahabat Umar
bin Khattab ridlwanullohi alaih akan baik-baik saja. Sebagian yang lain mengkhawatirkan keadaannya.
Selepas ia salat subuh dengan keadaan semampunya, ia disuguhi segelas Nabidz, semacam rendaman air kurma beberapa hari, untuk mengetahui seberapa parah lukanya dan ternyata Nabidz pun
mengucur dari perut sang Amirul Mukminin. Lalu ia meminum susu dan
hasilnya sama tetap mengucur dari lambungnya. Semua orang yang
mengetahui perihal tersebut tahu bahwa sang khalifah tak akan mampu
bertahan hidup lama lagi.
Para sahabat lalu memintanya untuk berwasiat, mulai dari kesan
persahabatannya dengan Nabi, uang baitul mal, hingga ia menyuruh anaknya
Abdullah bin Umar untuk pergi ke rumah Sayyidah Aisyah, “Katakan
kepadanya (Sayyidah Aisyah): Umar menitipkan salam untukmu dan jangan kau sebut aku dengan Amirul Mukminin karena
hari ini aku tidak bisa menjadi pemimpin bagi orang-orang mukmin. Dan
mintalah izin kepadanya agar aku bisa disemayamkan dengan kedua
sahabatku.”
Sayyidah Aisyah menangis tatkala Abdullah bin Umar mengutarakan apa
yang diperintahkan ayahnya, “Sungguh aku sangat menginginkan diriku
dikubur bersama ayah dan suamiku kelak, tapi hari ini aku tak
menginginkannya kembali.”
Dengan rasa yang penuh kelegaan, bahagia campur sedih Abdullah
melangkahkan kaki pulang. Sesampainya ia di rumah, sang ayah yang sedang
berbaring menahan perih meminta untuk didudukan dan bertanya kepada
putranya tentang permintaan terakhirnya. “Sesuai apa yang engkau
inginkan wahai Amirul Mukminin” ucap sang putra. Alangkah bahagianya
sahabat Umar dengan bibir tesungging ia bertahmid, “Segala puji
bagi Allah, tak ada sesuatu yang paling penting bagiku ketimbang
beristirahat selamanya di samping kedua sahabatku. Ketika datang ajalku,
bawalah aku dan kembalilah meminta izin kepadanya (Sayyidah Aisyah).
Jika ia mengamini, kuburkan aku bersama dua sahabatku dan jika tidak,
bawalah aku ke Baqi’; makam orang-orang mukmin.”
Tiga hari setelah penikaman itu Sang Amirul Mukminin menghadap ke
haribaan Allah SWT, lantas Abdullah bin Umar pun melaksanakan wasiat
sang ayah untuk meminta izin kedua kalinya kepada Sayyidah Aisyah. Dan
akhirnya sang Khalifah yang pertama kali diberi gelar Amirul Mukminin,
pencetus pengumpulan Al-Quran untuk dijadikan satu mushaf, mufti yang
berfatwa bahwa salat tarawih 20 rakaat dan berjamaah adalah
sebaik-baiknya bid’ah, sang mertua Rasul, sahabat karib Nabi, pemimpin
yang penuh kejuhudan, dialah Umar Bin Khattab R.A dikebumikan di samping
kedua sahabatnya, Nabi Muhammad Saw dan Sayyidina Abu Bakar R.A. (Ay)
Source; Mosleminfo
No comments:
Post a Comment