Pages

Friday, January 9, 2015

Arabisasi atau Islamisasi?






 

 


Agama dan budaya lokal.
(Repost dari teman dengan sedikit penambahan)

Tidak satupun agama besar di dunia, apakah itu Hindu, Budha, Kristen ataupun Islam yg praktek pelaksanaannya oleh umat masing-masing agama tsb tdk dipengaruhi oleh tradisi dan budaya lokal di mana agama itu hidup, tumbuh dan berkembang.

Krna itu ada perbedaan praktek keagamaan agama Hindu di Bali dg agama Hindu di India.

Praktek keagamaan agama Budha di China, Thailand dan Burma juga tdk sama persis.

Praktek keagamaan agama Kristen di Eropa, Amerika, Palestina dan Pilipina tdk sama persis.

Bgtu pula praktek keagamaan agama Islam di negeri-negeri arab, di Afrika, di Pakistan, India dan di Indonesia juga tdk sama persis.

Lalu apakah proses pribumisasi Islam di Indonesia harus dibarengi dg arabisasi? Bukahkan Arab dan Indonesia punya letak geografis, penduduk, budaya dan tradisi lokal yg berbeda. Haruskan muslimah Indonesia bercadar dan muslimnya bergamis? Haruskah ummat Islam indonesia menggunakan istilah2 seperti antum, akhi, ukhti, ikhwan akhwat, umi abi dll sebagai pengganti dari panggilan lokal seperti sampeyan, panjenengan, kang mas, mbak yu, saudara/i, ayah ibu dll?
Apakah dengan menggunakan istilah2 arab tsb secara otomatis menjadikan kita jadi lebih Islami di banding dg kita menggunakan istilah2 lokal ?
Apa sebenarnya tolak ukur keislamian seorang Muslim?

Monggo diskusi tapi dengan menggunkan etika Islam, buktikan anda seorang yg Islami dengan memberikan komentar yg santun dan bermanfaat
 
(Generasi Muda NU)

No comments:

Post a Comment