Pages

Friday, January 9, 2015

Menyimak Tradisi Islamisasi Walisongo

 (ilustrasi)

Masjid-masjid & Pesantren di zaman ini,
harus selalu dikawal atau dijaga karena sering diteror oleh saudara sendiri
dengan membanjiri fatwa-fatwa yang membid'ah-kan.
Sehingga, para marbot masjid takut-takut.


(ilustrasi)
 


Misalnya melantunkan do'a--do'a & sholawat saat menunggu wkt sholat (padahal kalau kita ke Tanah Suci di Masjidil Harom & Masjid Nabawi dilakukan)

do'a bersama setelah sholat & salaman setelah do'a.
Padahal itu strategi dakwah yang jitu & diterapkan walisongo.
Sehingga Islam di Nusantara/Indonesia timbul ke-khas-an, tidak sama dengan negara lain, 
terutama karakter Timur Tengah yang keras.
Tradisi dakwah ala walisongo yang baik atau hasanah ini yang harus dilestarikan, karena cocok & sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.




Walisongo atau walisembilan itu sangat pintar & cerdas dalam berdakwah & blusukan ke masyarakat (baca aja kisah-2 nya spt: Menyamar sbg Santri Undik di Cilacap, dll julukan ditempat lain yang berbeda-beda). 

Kalau kita perhatikan, bila berdo'a bersama yang dijaharkan(keraskan) setelah sholat, membuat jama'ah menyimak dengan baik, sehingga lama kelamaan bisa hafal,
dan salaman setelah Do'a berjama'ah khas Nusantara. 

Adalah kreativitas Walisongo sebagai upaya mempererat silaturahim sekaligus 
absensi jama'ah yang tidak hadir (sakit , berhalangan, dll)

Alangkah indahnya Islam Nusantara, semua strata sosial terhapus waktu & setelah sholat, 
seperti yang diajarkan/mencontoh Kanjeng Nabi Muhammad Saw, 
yang selalu bertanya bila jama'ahnya ada yang kurang (sampai Sya'laba yang tadinya rajin berjama'ah, tapi kemudian jarang & menghilang sama sekali karena sibuk urus kambing, dll) sampai ke orang tua kita & periode kita saat ini.

Oleh: 
KH. Wahfiudin Sakam
(Wakil Talqin TQN Suryalaya),

serta diedit sedikit oleh saya sendiri.

No comments:

Post a Comment