Pages

Saturday, January 11, 2014

Pembagian Alam



1. Martabat Ahadiyat. Ini adalah Martabat Tertinggi Ketuhanan. Tuhan digambarkan sebagai Dzat yang tidak bisa disebut dengan apa pun. Inilah Tuhan Sejati bagi manusia, tidak pandang bangsa dan agama.Kosong hampa. Sunyi-senyap. Tidak ada sifat, nama, atau perbuatan
2. Martabat Wahdat. Dalam Martabat Ahadiyat, Tuhan adalah Dzat Suci yang berdiri sendiri. Tak ada yang lain selain Diri-Nya. Dia rindu untuk dikenal, namun siapa yang akan mengenal-Nya karena tidak ada yang lain selain Diri-Nya. Tuhan berkehendak menciptakan makhluk agar Diri-Nya dikenal oleh makhluk tersebut. Inilah proses awal penciptaan. Tuhan hendak menciptakan makhluk. Untuk menciptakan sesuatu pastilah menggunakan bahan. Bahan tersebut diambil dari-Nya sendiri. Logis, karena tidak ada bahan lain selain Diri-Nya. Tidak tersisa ruang sedikit pun untuk selain Diri-Nya,maka otamatis Tuhan mengambil bahan dari Diri-Nya sendiri. Sebenarnya pencipaan ini lebih bersifat maknawi, Dia tidak pernah membuat sesuatu yang baru, namun hanya menampakkan Diri dengan penampakan lain atau tajalli.Tuhan menurunkan kualitas Diri-Nya, dari Dzat Mutlak yang teramat Suci menjadi dua sebagaimana dibayangkan akal. Tidak seperti itu sama sekali. Penurunan ini hanya sekedar ungkapan yang bermakna simbolis. Sama halnya dengan air laut yang menampakan diri dengan penampakan lain berupa gelombang.Sebenarnya tidak ada bedanya antara air laut dan gelombang, keduannya adalah satu juga.
3. Martabat Wahidiyat. Penampakan atau tajalli Tuhan berikut ini adalah Martabat Wahidiyat. Pada martabat ini, Nur Muhammad yang bernama Allah dan bersifat ketuhanan menurunkan Diri menjadi Nur Muhammad yang bersifat kemakhlukan. Maka cahaya ini tidak lagi sebagai Tuhan, namun sebagai makhluk yang masih berupa satukesatuan cahaya
4. Alam Arwah. Konsep atau skenario Tuhan tidak akan berwujud nyata jika tidak dimasukkan kedalam suatu wadah. Proses penampakan atau tajalli Tuhan berikutnya adalah menciptakan wahana bagi kehendak-kehendak-Nya tersebut. Dalam martabat ini, Tuhan menciptakan makhluk yang sangat halus yakni ruh. Ruh adalah sarana sebagai sumber kehidupan. Ruh itu berasal dari Diri Tuhan. Mula-mula, Ruh tersebut masih satu dan akhirnya terbagi-bagi menjadi banyak sekali. Bagian-bagian ruh tersebut siap untuk mengisi tiap-tiap bentuk yang akan diciptakan-Nya kemudia
5. Alam Misal. Keberadaan ruh sebagai sarana sumber kehidupan tidak akan berguna jika tidak ada suatu yang dia masuki. Tuhan menciptakan beberapa bentuk ciptaan melalui proses penurunan Diri. Dia mengambil Nur Muhammad sebagai bahan-Nya. Maka inilah makhluk sejati, bukan Tuhan, karena berasal dari Nur Muhammad yang bersifat kemakhlukan dan tidak berasal langsung dari Dzat Tuhan. Ciptaan dalam Alam Misal ini berupa makhluk-makhluk halus atau gaib namun nyata bentuknya seperti malaikat, jin, setan, jiwa, iblis, surga, neraka, dan sebagainya. Ruh-ruh datang dan memasuki setiap bentuk gaib tersebut hingga hiduplah mereka.
6. Alam Ajsam. Bentuk-bentuk gaib pada Alam Misal di atas masih di rasa kurang sempurna. Maka Tuhan menurunkan Diri dalam penampakan terluar berupa benda-benda jasmani. Maka terlihatlah beragam materi dengan segala pernak-pernik didalamnya. Ini adalah hijap atau diding penghalang yang paling besar untuk melihat Tuhan karena dalam setiap materi tersebut dibungkus dengan syahwat. Kebanyakan manusia akan tertipu dan sulit untuk kembali ke asal-usul dirinya apabila terlena oleh penampakan fisik ini
7. Alam Insan Kamil.
Pada akhirnya, Tuhan menurunkan Diri menjadi manusia sempurna sebagai gambaran Diri-Nya yang sempurna. Melalui manusia sempurna inilah Dia menikmati hasil ciptaan-Nya. Maka manusia dibekali akal dan hati sebagai sarana kehadiran Tuhan. Kelebihan utama manusia dibanding dengan makhluk lainnya adalah kemampuan untuk menampung kehadiran Tuhan hingga menjadi wakil (khalifah) bagi-Nya. Melalui manusia sempurna inilah harapan-Nya untuk mengenal dan dikenal akan terlaksana.

No comments:

Post a Comment