Pages

Saturday, January 22, 2011

#TernyataCinta


Minggu malam yang mendung, dua tahun lalu. Aku memergokinya bersetubuh dengan sesama jenis, anak ingusan yang hanya mampu menyewa kamar kos seharga dua ratus ribu per bulan. Aku hancur, terluka, menangis, tak berdaya. Dia lelaki yang kucinta.

******

Pagi yang cerah, dua belas tahun lalu. Dia menangkap kerling mataku saat hari pertama kuliah saat dihukum dosen killer karena terlambat masuk. Tampangnya lucu sekali, tipikal lelaki kutu buku, namun tatap di balik kacamata tebalnya langsung menembus jantung. Aku tak berdaya. Dia sangat memesona.

******

Hari ini, tengah malam lewat beberapa menit. Aku menanti dengan gelisah. Sudah empat tahun aku tak mendapat ucapan selamat ulang tahun darinya. Pernah karena dia mabuk berat bersama teman-temannya hingga lupa. Pernah karena aku tak sudi menerima teleponnya sehabis kugelandang dari kos selingkuhannya. Pernah juga karena pertunangan kami dibatalkan. Itu tahun lalu. Boro-boro menerima telpon, berbicara dengannya saja aku malas. Tahun ini dia mungkin melupakannya lagi, entah karena apa. Tapi aku masih berharap, hari baru dimulai. Jam sepuluh pagi. "Akhirnya dia datang, tampaknya grogi," kata adikku. Yaaaah, dia pasti grogi. Tak apa, aku maklumi. Aku sebenarnya juga grogi, tapi tempaan rasa kecewa menumpulkan hatiku. Suara berisik di luar kamar mulai hilang. Doa terlantun, lalu prosesi dimulai. Suara Pak Haji begitu tenang, disusul suara Bapak yang sesak emosi. Entah emosi jenis apa. Lalu giliran dia mengalun akad. Dia memang tak jantan. Dia memang bajingan. Dia memang setan. Dia memang tak tahu adat tak tahu sopan. Dia memang suamiku, sekarang. Aku tak berdaya. Ini cinta CINTA. Di balik ketidakjantanan lelakiku, aku melihatnya. -- @fiksimini

No comments:

Post a Comment