Pages

Wednesday, December 18, 2013

[ AIR ITU SEBENERNYA HARAM UNTUK DIJUAL ]



--------------

Sebenarnya tidak gampang sama sekali untuk menentukan halal atau haram.
Anda ke Hongkong, San Fransisco, atau ke kota-kota
"yang bukan kota islam" meskipun ada label HALAL di sebuah barang atau restoran yg tidak ada materi haramnya, tapi masih ada kasus/konteks halal-haram yang dilapisan lain..

Misal,
saya paketkan barang ke rumah anda meskipun yg labelnya jelas halal, tapi barangnya itu saya proses dari mencuri di supermarket. Ini menjadi halal apa haram? Sebenernya masalah ini tidak gampang-gampang amat, harus dilihat seluruh sisi-sisi konteksnya.

Anda minum air dari kemasan botol dan itu pasti halal. Tetapi itu kan masih ada masalah:
Ini Perusahaan apa yg bikin?
Modalnya dari mana? dari uang korupsi atau tidak? kalo modalnya dari korupsi, kolusi, KKN lah itu produknya halal atau tidak..

Itupun kalo mau dicari lagi untuk bilang sesuatu bener-bener halal itu sangat sukar.
Misalnya, lho kok air dijual? air ini milik negara, itu berarti milik Tuhan
Air itu harus gratis.
Air ini bukan produk manusia, bukan bikinan manusia, tapi bikinan Tuhan langsung dan kita meminumnya langsung.
Mestinya negara mengatur sedemikian rupa sehingga gratis untuk rakyat.
Jadi haram hukumnya menjual air.

Kalo diterusin lagi pake Filsafat Agama dan Teologi lho ya, ini tidak mengatakan pendapat saya begitu..
Kalo diterusin, minyak juga harus gratis dong..
gila apa emang lu bisa bikin minyak?
lu kan bisanya ngambil di bumi trus diolah jadi premix, premium dsb..

Kalo ente sekarang jual tanah, air pun ente jual, kemudian minyakpun ente jual...
tanah juga bukan jadi tanah Tuhan..
lama lama udara kita beli ini..
dimana nanti kita untuk menghirup udara yg sehat kita harus beli...

Ini kalo dicari-cari halal atau haram bisa sampe sejauh itu..

Saya tidak sedang menyuruh anda bingung...
Saya hanya ingin menggoda bahwa,
anak-anak kita besok itu akan mengalami masalah yg sedikit lebih 'crusial' atau 'complicated' dibanding kita sekarang.

Jadi mari kita sering-sering berdiskusi..
dan rilek-rilek dan ketawa-ketawa untuk
menertawakan kekonyolan-kekonyolan kita sendiri..

(Emha Ainun Najib)

No comments:

Post a Comment