Pages

Wednesday, December 18, 2013

[ "Hujjahnya Sudah Benar, Tetapi Pemahamannya yang Salah" ]

Fenomena tudingan bid'ah oleh sebagian kaum, ditengarai berawal dari kesalahan dalam pemahaman konsep beragama. Di samping itu, faktor tak dikuasainya gramatika Arab untuk mengkaji sebuah teks hadist dan al-Qur’an, juga dapat menyebabkan orang salah menafsirkan sebuah ajaran agama.

Semisal pada dalil hadist tentang larangan Nabi Muhammad saw. untuk membuat perkara baru. “Hujjahnya sudah benar, tetapi pemahamannya yang salah,” terang Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Boyolali Kiai Joko Parwoto, dalam kajian rutin yang digelar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sawit di Masjid At-Taqwa Selojaren Guwokajen Sawit Boyolali, Rabu (27/11) malam.

Terkait dengan hadist tersebut, menurut Pengasuh Pesantren I’jazul Qur’an itu, akan menimbulkan sikap mudah memvonis bid'ah sebuah ajaran yang dianggap tidak ada di zaman nabi. Maka menurutnya, penting bagi kita untuk memahami sebuah hadist, agar tidak terjadi kekeliruan pemahaman.

Kiai Joko kemudian mencontohkan sebuah kekeliruan yang terjadi karena tidak mengetahui maksud dari sebuah ucapan. Semisal ada seorang anak yang pekerjaannya hanya suka tidur, kemudian ibunya mengatakan, "Turuo terus ae! (terus tidur saja!)".

“Kalau kita tidak mengetahui makna sebenarnya, kita akan mengira bahwa perintahnya disuruh tidur terus. Padahal tidak begitu, karena itu sebetulnya justru larangan, agar si anak tidak tidur saja,” papar Kiai Joko.

Untuk itulah, perlunya memahami asbabun nuzul/asbabul wurud (latar belakagn turunnya ayat al-Qur'an dan hadits), serta dibarengi dengan kemampuan ilmu bahasa, dan yang terpenting yakni, legalitas dari Nabi.

“Legalitas dari Nabi ini juga penting, karena hanya merekalah (para imam madzhab) yang menjadi mujtahid mutlak. Sedangkan generasi sesudahnya hanya mengikuti mereka (mujtahid mazhab),” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut Kiai Joko juga membacakan kitab at-Tadzhib min Adillati Matni Ghayati wat Taqrib. Usai mengkaji kitab, diadakan acara tanya jawab seputar masalah keagamaan. (Ajie Najmuddin/Mahbib)

sumber: nu.or.id

No comments:

Post a Comment