--------------------------------------------------------------------------------
Tak banyak yang mengetahui bahwa surjan, baju
khas Jawa, merupakan representasi dari baju Muslim sesungguhnya. Banyak
yang menganggap surjan sekadar tradisi adat istiadat. Padahal, baju tersebut menyimpan ajaran Sunan Kalijaga.
Pendapat ini disampaikan Wakil Ketua PWNU DIY, M. Jadul Maula, dalam
dialog “Menggali Tradisi Menemukan Jati Diri” yang diadakan di Teatrikal
Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (20/11).
Selanjutnya, pria yang akrab disapa Kang Jadul itu pun menjelaskan
filosofi yang terdapat pada baju surjan. Baju Surjan memiliki lima
kancing baju, tiga terdapat di bagian depan dan tertutup, dua sisanya
terdapat di bagian leher. Lima kancing tersebut melambangkan rukun Islam
yang berjumlah lima.
Tiga kancing di depan dan tertutup
melambangkan rukun Islam yang tiga, yaitu Syahadat, Sholat, dan Puasa.
Mengapa tertutup? Karena seseorang tidak butuh dilihat orang lain ketika
menjalankan tiga hal tersebut.
“Itulah etika untuk menjalankan ibadah,” tambahnya.
Sedangkan dua rukun Islam sisanya, yakni Zakat dan Haji dilambangkan
pada dua kancing yang terdapat di leher dan terlihat. Artinya, berbeda
dengan Syahadat, Sholat, dan Puasa, dua ibadah ini justru perlu
dipublikasikan kepada orang lain. Misalnya, ketika akan dan usai
melaksanakan ibadah haji, tradisi orang Islam Indonesia adalah
mengadakan tasyakuran atau walimatus safar.
Ketika baju Surjan
yang memiliki lima kancing yang melambangkan rukun Islam tersebut
digabungkan dengan Blangkon yang dikenakan di kepala, maka jadilah ia
memiliki filosofi rukun Iman yang berjumlah enam.
“Artinya,
martabat kita ditegakkan dengan rukun iman yang enam itu,” tegas
Pengasuh Pesantren Kaliopak Piyungan, Bantul tersebut.
Kata Surjan sendiri berakar dari bahasa Arab, yakni Siraajan yang artinya lampu atau dalam bahasa Jawa disebut Pepadhang.
“Baju Surjan itu dirancang oleh para Wali untuk menegakkan rukun Islam dan Iman,” tandasnya.
Kang Jadul mengingatkan agar umat Islam tak hanya melihat surjan
sebagai tradisi yang lepas dari ajaran wali. Dia mengaku heran, di
kalangan umat Islam Tanah Air selama ini malah beredar pemahaman bahwa
baju muslim adalah baju koko. Padahal, baju yang sering diasosiasikan
sebagai baju taqwa ini merupakan baju buatan China. (Dwi Khoirotun
Nisa’/Mahbib)
sumber: nu.or.id
No comments:
Post a Comment